Jakarta (ANTARA News) - Pemegang saham PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) menyetujui rencana perusahaan mencari pinjaman baru sebesar 400 juta dolar AS.

Keterangan tertulis XL di Jakarta, Kamis, menjelaskan, keputusan tersebut merupakan bagian dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Pinjaman baru itu dapat diupayakan melalui satu pihak, pinjaman kredit sindikasi, obligasi, ataupun instrumen utang lainnya dalam bentuk mata uang asing atau rupiah.

Menurut Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi, dana pinjaman akan untuk membiayai utang perseroan. "Perseroan membutuhkan dana eksternal," katanya.

Namun Hasnul memastikan, pinjaman baru sekitar juta dolar AS itu tidak akan menambah total utang perusahaan pada posisi akhir tahun 2009.

Ia memperkirakan, pinjaman baru itu diperoleh secara bertahap selama tahun 2009 sesuai kondisi arus kas perseroan dengan mempertimbangkan kondisi pasar uang, tingkat suku bunga, dan pasar modal domestik maupun internasional.

Hasnul menjelaskan, utang jatuh tempo tahun ini setara dengan 130 juta dolar AS, terdiri atas pinjaman ABN AMRO (sekarang RBS) 50 juta dolar AS, Export Credit Agency (ECA) 31 juta dolar AS dan Bank Mandiri Rp400 miliar.

"Selain refinancing utang jatuh tempo sebesar 130 juta dolar AS, perseroan juga berencana melakukan refinancing utang yang jatuh tempo tahun 2010-2011 sekitar 270 juta dolar AS," kata Hasnul.

Utang sebesar 270 juta dolar AS itu dalam bentuk dolar, dan rencananya akan dibiayai dengan pinjaman rupiah.

Alasan mempercepat pembayaran utang dolar dengan dengan pinjaman rupiah demi mengurangi porsi utang valas perseroan.

Total utang utang berjalan (outstanding debt) EXCL tahun 2008 mencapai 1 miliar dolar AS, terdiri dari pinjaman dolar sebesar 900 juta dolar AS dan pinjaman rupiah sebesar Rp900 miliar.

Selama tahun 2008, perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp15 miliar akibat rugi selisih kurs (forex loss) lantaran besarnya porsi utang dolar perseroan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009