Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis, makin menjauhi angka Rp12.000 per dolar AS karena isu positif dari rencana bank sentral AS (The Fed) membeli obligasi pemerintah semakin kuat.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi Rp11.890/11.910 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya 11.960/11.975 atau naik 75 poin.

Pengamat pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta, Kamis, mengatakan, rencana The Fed membeli obligasi pemerintah AS akan mengakibatkan pasar uang AS kebanjiran dolar.

Akibatnya, dolar di pasar regional kemungkinan akan terpuruk terhadap mata uang utama lainnya, karena meningkatnya stok dolar di pasar, katanya.

Ke depan, menurut dia, pembelian obligasi senilai 300 miliar dolar AS oleh The Fed dalam jangka panjang akan memberikan dukungan positif yang lebih kuat terhadap rupiah.

Karena itu, pergerakan yang mulai menguat lagi diharapkan akan berlanjut sehingga posisi yang seharusnya sudah mencapai Rp11.500 per dolar bisa tercapai, tuturnya.

Edwin Sinaga mengatakan, peluang rupiah untuk menguat sebenarnya cukup besar yang didukung dengan aktifnya pemerintah mencari dana segar dari luar negeri untuk memicu pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih baik.

Pemerintah bahkan telah menerbitkan obligasi baik di luar negeri maupun di dalam negeri yang mendapat respon pasar yang cukup baik, katanya.

Penerbitan obligasi di dalam negeri misalnya mengalami kelebihan permintaan mencapai Rp7 triliun dari kebutuhan yang hanya Rp3 triliun.

Upaya pemerintah, lanjut dia terlihat masih belum bisa menggerakkan rupiah bergeser lebih dalam menjauhi angka Rp12.000 per dolar.

Namun setelah penerbitan obligasi AS memberikan berkah terhadap rupiah yang sejak tadi pagi hingga sore mengalami kenaikan yang cukup besar, ucapnya.

Peluang rupiah untuk naik lagi pada hari berikutnya makin besar yang didukung oleh Bank Indonesia untuk tetap mengawasi pergerakan bank-bank asing yang bermain valuta asing.

BI diharapkan dapat menjaga bank-bank asing itu agar melakukan kegiatan lain yang mengakibatkan rupiah tertekan oleh pasar, katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009