Kalau terdeteksi pengunjung maka pemilik wisata atau plaza siapkan masker. Mereka wajib miliki thermal gun,

Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memutuskan tidak akan menerapkan status “lockdown” di wilayah setempat setelah menggelar rapat bersama Forkompimda di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu.

Khofifah mengatakan hasil rapat tersebut memutuskan bahwa semua tempat wisata, pusat perbelanjaan dan pasar tradisional di Jatim tetap dibuka, namun pengelola diminta meningkatkan kewaspadaan.

Baca juga: Anggota DPR minta "lockdown" Bali cegah penyebaran COVID-19

"Menurut keputusan di Grahadi tidak menutup wisata. Pemilik wisata, pasar atau plaza menyiapkan tempat cuci tangan dan masker," ujar Khofifah saat konferensi pers di Institute Of Tropical Disease Universitas Airlangga.

Pengelola wisata dan pusat perbelanjaan juga diminta mempunyai thermal gun untuk mengukur suhu tubuh manusia.

Baca juga: Sahroni: segera "lockdown" Jakarta antisipasi penyebaran COVID-19

Apabila menemukan pengunjung yang memiliki suhu di atas 38 derajat celcius disertai batuk, kata dia, pihak pengelola wajib memberikan masker.

"Kalau terdeteksi pengunjung maka pemilik wisata atau plaza siapkan masker. Mereka wajib miliki thermal gun," katanya.

Baca juga: Desakan "lockdown", anggota DPR: Pemerintah minta pendapat ahli

Saat ini, beberapa layanan publik saja yang baru memiliki thermal gun, antara lain pelabuhan, stasiun dan terminal.

Bahkan di bandara alat tersebut belum ada, kecuali body thermal scanner.

"Kami koordinasikan di pemberangkatan bandara (ada thermal gun). Dulu di kedatangan, saat ini keberangkatan juga harus dipastikan terdeteksi," katanya.

Thermal gun diakui oleh pemprov jumlahnya masih minim sehingga pihaknya mengambil langkah memesan kembali alat tersebut.

"Thermal gun harus dipesan kembali. 25 Maret akan datang (alat tambahan). Jumlah memungkinkan untuk fungsi deteksi di terminal, stasiun dan bandara," katanya.

Selain itu, mantan Menteri Sosial tersebut juga membuat kebijakan tidak meliburkan sekolah.

Sama halnya ke pengelola wisata, lanjut dia, kepala sekolah dan guru diminta melakukan kewaspadaan, seperti penyediaan fasilitas cuci tangan lebih diperbanyak.

"Kami tidak meliburkan sekolah. Kita minta waspada. Diharapkan punya saluran air untuk cuci tangan, hand sanitizer dan wastafel. Kami maksimalkan langkah preventif," katanya.

Alasan utama Khofifah tidak menutup wisata, pusat perbelanjaan dan tidak meliburkan sekolah karena sampai hari ini belum ada temuan pasien positif virus COVID-19 di Jatim.

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020