Gorontalo (ANTARA) - Dewan Pers menyatakan bahwa pemberian imbalan (amplop) dari narasumber kepada wartawan adalah "ganja" yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat.
"Kalau wartawannya kecanduan amplop, dia akan menyajikan tulisan yang cenderung berpihak sehingga akan membodohi masyarakat," kata Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara dalam sosialisasi Kode Etik Jurnalistik di Gorontalo, Kamis.
Tak hanya amplop, "ganja" ini juga termasuk pemberian uang atau sogokan sehingga sulit dibedakan mana "uang tutup mulut" dan mana yang sekedar untuk menjalin keeratan hubungan antara wartawan dan narasumber.
Untuk mencegah peredaran "ganja" itu, Dewan Pers mengimbau seluruh narasumber termasuk instansi swasta dan pemerintah untuk tak memanjakan wartawan dengan "amplop."
"Humas yang biasanya kasih amplop ke wartawan, sekarang jangan lagi. Kalau mau pers sehat, maka jangan lagi edarkan 'ganja," tandasnya.
Ia menambahkan, Dewan Pers ini sedang memperkuat kompetensi wartawan di setiap perusahaan pers agar menghasilkan wartawan cerdas dan mencerdaskan masyarakat.
Wartawan cerdas, kata dia, akan tampak dari tulisannya yang berkualitas, mengkritik dengan benar serta independesni yang tak perlu diragukan.
"Kalau ada wartawan yang memeras, seharusnya narasumber langsung lapor ke pihak berwajib dan Dewan Pers," tukasnya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009