Santri tidak boleh minderan karena memiliki bekal skill luar biasa

Yogyakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan pelatihan teknis kewirausahaan kepada 280 santri dari tujuh pondok pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng).

"Kita tahu para santri pondok pesantren potensinya dapat dikembangkan apalagi diberikan stimulus yang tepat sasaran, maka bisa memberikan andil untuk perekonomian bangsa," kata Direktur Dirjen IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih saat membuka Bimtek Wirausaha Baru IKM berbasis Pondok Pesantren di Yogyakarta, Sabtu.

Ia berharap dari 280 santri yang mendapatkan bimbingan teknis, minimal 100 santri mampu menjadi pelaku industri sukses. Mereka juga diharapkan mampu menularkan ilmunya bagi juniornya.

Bimbingan teknis ini, kata dia, dilaksanakan mulai 14 hingga 17 Maret 2020 berupa bimbingan teknis IKM makanan ringan untuk Pondok Pesantren Al Hikmah Karangmojo, pengolahan roti untuk Pondok Pesantren Nurul Haromain, dan Pondok Pesantren Raudlatul ‘Ulum, serta perbengkelan roda dua untuk Pondok Pesantren Darul Fikr Al Madai, Pondok Pesantren Al Musanni, Pondok Pesantren Darul Quran dan Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro.

Baca juga: Bahlil dorong semangat kewirausahaan di pesantren Yogyakarta

Selain mendapatkan ilmu mengenai tenik berwirausaha, mereka juga mendapatkan wawasan tentang perkembangan digital marketing yang merupakan bagian dari Revolusi Industri 4.0.

Tidak hanya itu, Ditjen IKMA juga memfasilitasi beragam mesin atau peralatan produksi dan peralatan pendukung lainnya sehingga dapat dimanfaatkan oleh unit bisnis yang ada di pondok pesantren serta meningkatkan kapasitas produksi yang sudah ada.

Sejak program bimtek wirausaha santri dimulai pada 2013, setidaknya sudah 52 ponpes yang sudah difasilitasi Kemenperin hingga 2020.

Baca juga: Kemenperin bina lebih dari 8.000 santri untuk jadi wirausaha baru

Adapun jumlah santri yang telah dibimbing telah mencapai total 10.000 santri yang tersebar di tujuh provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Lampung, Kalimantan Timur, dan Banten.

"Tahun lalu ada 16 ponpes yang kami fasilitasi. Tahun ini meningkat menjadi 36 ponpes dengan anggaran mencapai Rp15 miliar," kata dia.

Direktur Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih meninjau mesin atau alat wirausaha yang akan diberikan pada Pondok Pesantren di DIY dan Jateng, Sabtu. (FOTO ANTARA/Luqman Hakim)

Gati menegaskan akan terus menjalankan Program Santripreneur untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren dan menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan di kalangan santri maupun alumni santri.

"Ini merupakan program prioritas kami guna menyokong pertumbuhan ekonomi nasional," kata dia.

Pengasuh Ponpes Darul Qur'an KH Kharis Masduki mengapresiasi perhatian Kemenperin terhadap penumbuhan kewirausahaan santri pondok pesantren.

Santri, kata Kharis, selain ditempa dengan pendidikan karakter yang luar biasa di pondok pesantren, harus pula memiliki wawasan mengenai kewirausahaan untuk berkontribusi mengangkat perekonomian bangsa.

"Santri tidak boleh minderan karena memiliki bekal skill luar biasa. Selain dibekali pendidikan agama juga dibekali keterampilan berwirausaha," kata dia.

Baca juga: Kemenperin konsisten bina santri berwirausaha

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020