Kota Gaza (ANTARA News/AFP) - Sayap bersenjata Hamas hari Rabumenyalahkan Israel atas kegagalan perundingan mengenai pertukarantahanan dan memperingatkan bahwa mereka mungkin akan menaikkan tuntutanbagi pembebasan seorang prajurit yang ditangkap hampir tiga tahun lalu.

"Kami menganggap pemerintah musuh bertanggung jawab sepenuhnya ataskegagalan mencapai sebuah perjanjian," kata Ezzedine Al-Qassam dalamsebuah pernyataan.

"Jika kami harus mengubah sikap kami, makaitu berarti kami akan menaikkan tuntutan kami dan bukan sebaliknya,"kata cabang bersenjata Hamas itu.

Pernyataan itu disampaikansehari setelah Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan bahwanegara Yahudi tersebut tidak akan menyetujui persyaratan yangditetapkan Hamas bagi pertukaran tahanan, dengan mengatakan bahwakelompok Islamis itu memperkeras sikap mereka dan mengajukantuntutan-tuntutan ekstrim pada hari-hari terakhir negosiasi yangditengahi Mesir.

"Atas nama negara Israel dan pemerintahnya,saya menyatakan bahwa ada garis-garis merah yang tidak bisa kamilanggar... Kami tidak akan tunduk pada tuntutan-tuntutan sebuahkelompok teroris," kata Olmert, Selasa.

Dua masalah utamatampaknya menghalangi tercapainya perjanjian itu -- jumlah orangPalestina yang akan dibebaskan Israel untuk ditukar dengan prajuritGilad Shalit yang ditangkap oleh pejuang Gaza pada Juni 2006, danberapa orang dari mereka yang akan diizinkan kembali ke rumah mereka diwilayah pendudukan Tepi Barat.

Israel menyatakan, merekatelah setuju membebaskan 320 dari 450 tahanan Palestina yang dituntutpembebasannya oleh Hamas, termasuk beberapa orang yang bertanggungjawab atas serangan-serangan yang menewaskan orang Israel, suatutuntutan yang biasanya ditolak oleh Israel.

Mesir berusahamenengahi upaya-upaya untuk mencapai sebuah perjanjian antara Israeldan Hamas, kelompok pejuang garis keras Palestina yang disebut sebagaiteroris oleh negara Yahudi tersebut, AS dan sejumlah negara Eropa.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni 2007 setelah mengalahkanpasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalampertempuran mematikan selama beberapa hari dan sejak itu wilayahpesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel.

Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahuditersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yangmendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebihdari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkanofensif terhadap Hamas pada 27 Desember.

Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.

Pasukan Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir ituhancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukandari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada 21 Januari.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009