Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar Surya Paloh, misalnya, menghabiskan dana lebih dari Rp1 miliar hanya untuk berpidato selama 15 menit di panggung kampanye di sebuah lapangan sepakbola, di Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Pada hari pertama kampanye terbuka, Selasa (17/3), Surya langsung tancap gas.
Pukul 07.00 pagi dia bertolak dari Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, dengan pesawat jet pribadinya, jenis BAe, yang katanya pesawat bekas milik Ratu Inggris Elizabeth. Tujuannya, Lapangan sepakbola Aekgodang, Mandailing Natal.
Tak banyak orang yang mendampingi bos Media Group yang brewokan itu. Yang menemani Surya di pagi hari itu antara lain Sekretaris Dewan Penasihat Partai Golkar Hatta Mustafa dan Chairuman Harahap, calon anggota legislatif untuk Daerah Pemilihan Mandailing Natal.
Tentu saja dia membawa kameramen Metro TV, stasiun televisi milik Surya.
"Ini pesawat paling aman. Jet lain mesinnya cuma dua, yang ini empat. Kalau dua mesin mati, masih ada dua mesin yang bekerja. Tapi karena empat mesin, jadi boros," katanya sesaat setelah "boarding".
Surya membeli pesawat buatan Inggris itu pada tahun 2004 ketika akan keliling Indonesia untuk Konvensi Partai Golkar. Kini, dengan pesawat yang sama, Surya akan keliling Indonesia lagi untuk berkampanye.
"Hari ini baru start, saya harus jaga stamina karena harus datangi daerah-daerah dari Aceh sampai Papua," katanya.
"Pesawat ini pas untuk jelajahi Indonesia karena bisa mendarat di bandara perintis dengan landasan pendek, seperti Bandara Tapanuli Selatan yang akan kita datangi," katanya lagi.
Saat pesawat bergambar kepala elang, lambang Media Group, itu menjelajah langit dengan ketinggian 27.000 kaki, Surya menyiapkan materi pidatonya.
Ia berfikir tidak banyak yang bisa disampaikan pada kampanye terbuka di lapangan yang terik pada pukul dua siang dengan hadirin yang asyik berjoget dan berdangdut ria. Ia memilih satu pesan moral kampanye yang akan menjadi "soundbite".
"Saya akan ingatkan para elite untuk tidak lagi membohongi rakyat. Rakyat harus dicerdaskan, bukan dibodoh-bodohi!" katanya dengan suara keras dan mata membelalak.
Sewa helikopter
Setelah mendarat di Bandara Perintis Tapanulis Selatan, Surya harus naik helikopter lagi selama 30 menit untuk bisa ke panggung kampanye.
Ia menyewa helikopter jenis Bell yang hanya bisa dimuati empat penumpang.
Terapung-apung di antara bukit dan gunung, Surya manggut-manggut menyadari betapa luasnya wilayah Sumatera Utara. Jika naik angkutan darat, dari Medan ke Mandailing Natal bisa memakan waktu 12 jam sampai 14 jam.
"Tidak heran banyak warga sini yang meminta pemekaran," katanya merujuk pada tewasnya Ketua DPRD Sumatera Utara Azis Angkat dari Partai Golkar saat unjuk rasa yang anarkis ketika massa meminta rekomendasi dibentuknya propinsi Tapanulis Selatan.
Surya hanya beristirahat sejenak untuk makan siang sebelum diboyong ke lapangan sepakbola yang sudah dipenuhi massa.
Pilot helikopter sudah mewanti-wanti agar kampanye tidak lama-lama karena pergerakan awan yang menggumpal hitam menandakan hujan akan segera turun.
"Makin sore makin berbahaya. Cuaca di kawasan pegunungan begitu cepat berubah," kata pilot mengingatkan.
Akibatnya, Surya tidak bisa berlama-lama di atas panggung kampanye. Setelah pidato dan teriakan hidup Golkar yang menggelegar selama 15 menit, lelaki berperawakan tinggi besar mirip penyanyi opera Luciano Pavarotti itu segera pamit.
Ia harus buru-buru kembali di Tapanuli Selatan sebelum hujan turun sore itu.
Meski hujan belum turun, angin berhembus kencang. Helikopter beberapa kali berguncang-guncang. Untuk menghindari guncangan, pilot menurunkan ketinggian sehingga helikopter berwarna biru itu menyelusup lembah-lembah di antara bukit dan gunung.
Gerakan helikopter itu mirip dengan yang biasa dilihat dalam film tentang perang Vietnam. Berkelok-kelok dengan suara mesin dan baling-baling yang menderu-deru.
"Kalau terjadi apa-apa pasti kita selesai. Karena di antara bukit dan gunung, tidak ada tempat untuk mendarat darurat," kata Hatta Mustafa yang tampak lega akhirnya bisa mendarat dengan selamat di Bandara Tapanuli Selatan meski mengaku sempat tegang dan stres.
Tak masuk logika
Saat melanjutkan perjalanan ke Bandara Polinia Medan, Surya menceritakan mengapa dirinya rela menghabiskan uang miliaran dan menghadapi resiko keselamatan terbang dengan helikopter dalam cuaca buruk hanya untuk berpidato selama 15 menit di panggung kampanye.
Menurut Surya, perjalanan kampanye hari pertamanya menghabiskan lebih dari Rp1 miliar, antara lain untuk avtur dan kru jetnya, menyewa helikopter, akodasi hotel, dan biaya logistik lainnya.
"Gila. Ini gila. Tidak masuk logika orang mengeluarkan Rp1 miliar hanya untuk pidato 15 menit," katanya.
Jika tidak untuk kecintaan kepada bangsa ini, jika tidak untuk sesuatu yang berarti bagi rakyat negeri ini, lanjut Surya, ia tidak akan segila ini.
Dia pun mengaku menyadari ada orang yang yang menuduhnya memiliki motif-motif dan ambisi kekuasaan tertentu di balik segala yang dilakukannya.
Sejumlah kritik yang dialamtakan ke dia antara lain, Surya berambisi menjadi Ketua Umum Golkar dan kemudian menjadi calon Presiden pada Pemilu 2014.
"Silakan menuding seperti itu. Saya terima dan jalani saja. Tetapi yang saya protes, kalau orang menilai apa yang saya lakukan itu tidak ikhlas. Itu yang tidak benar," katanya.
Surya mengatakan, boleh dibilang ia sudah memiliki segalanya, harta dan kehormatan sudah ada dalam genggamannya.
Kalau dia mau, katanya, dia bisa seperti konglomerat lain yang tinggal menikmati hidup dan bersenang-senang dengan kekayaannya.
"Kalau semua orang berfikir begitu, lalu siapa yang memikirkan bangsa dan rakyat ini? Hancurlah bangsa ini jika semua orang begitu," katanya sambil mengusap rambut-rambut yang lebat di pipi dan dagunya.
A Keng, pengusaha Medan yang teman sepermainan Surya semenjak SD, mengatakan, sohibnya memang seorang eksentrik.
Menurut dia, Surya adalah tokoh yang langka.
Bangsa Indonesia saat ini mengalami defisit orang-orang eksentrik berkarakter yang memiliki kekuatan mental, kebernasan gagasan dan keberanian moral untuk mengambil pilihan sendiri di luar kelatahan.
Pakar politik John Stuart Mill mengatakan orang eksentrik biasanya yang membuat sejarah. Kreativitas sosial memerlukan tumbuhnya eksentrisitas. Orang eksentrik berani berfikir dan berbuat "out of the box".
Menurut pakar itu, ia berfikir melesat jauh ke masa depan dengan idealisme dan cita-cita tingggi dan bersemangat mencapainya.
"Saya kira Surya orang seperti itu. Bangsa Indonesia, paling tidak Golkar, beruntung memiliki tokoh semacam Surya Paloh," katanya.
Karena sikapnya yang eksentrik pulakah yang membuat Surya Paloh rela mengeluarkan uang satu miliar rupiah dan berani terbang dengan helikopter dalam cuaca buruk hanya untuk berpidato 15 menit di kabupaten terpencil yang tidak banyak dikunjungi orang? (*)
Oleh Oleh Akhmad Kusaeni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
kan jadi jelas tuh sifat nya...
kan jadi tau tuh maunya...
kan jadi keliatan tuh aslinya.
besok milihnya pake logika aja,
siapa yg berbuat untuk apa, siapa yg berbuat untuk siapa... selesai.