Informasi yang diterima ANTARA News dari beberapa warga Bandar Sungai, Rabu, menyebutkan semburan air tersebut keluar dari celah-celah semak dan akar-akar pohon karet.
"Kejadiannya Selasa petang, semburan air itu ada beberapa titik pada di seluas sekitar 10 x 10 meter. Semburannya tidak hanya kecil tapi juga besar," ujar Abdullah (42) salah seorang warga yang bermukim tidak jauh dari lokasi semburan.
Menurut Abdullah, sejak munculnya air yang muncrat itu, lokasi kebun karet tersebut terus didatangi warga, bahkan juga telah ditinjau camat Sabak Auh dan pihak perusahaan yang mengelola ladang minyak di daerah itu telah memasang garis pembatas agar warga tidak masuk lokasi.
Ia mengatakan, dari beberapa titik semburan air terdapat satu semburan yang berukuran besar hingga air muncrat dengan ketinggian mencapai satu meter, sedangkan semburan yang kecil-kecil meski airnya tidak terlalu tinggi muncratnya tetapi cukup banyak.
"Air yang keluar terasa hangat. Entah apa yang terjadi tidak pernah kami mendapatkan keanehan seperti ini walau kami tinggal dekat ladang minyak," tambah Abdullah.
Salah seorang warga lainnya Effendy (41) mengungkapkan, semburan air tersebut juga disertai pasir, hingga lokasi kebun karet tersebut tidak hanya basah oleh air juga digenangi pasir.
"Kalau kita menggali sumur bor, biasanya akan keluar air bersama pasir kasar yang bening dan biasanya disebut pasir bulan. Pasir bulan inilah yang keluar bersama air yang menyemprot," ujar Effendy.
Ia menceritakan, lokasi kebun karet masyarakat itu berupa tanah gambut dan berada dalam wilayah konsesi ladang minyak yang dikelola Badan Operasional Bersama (BOB) Pertamina-PT Bumi Siak Pusako (perusahaan daerah Kabupaten Siak).
Tidak jauh dari lokasi kebun karet itu terdapat kolam injeksi milik BOB yakni kolam air panas yang digunakan untuk menginjeksi minyak bumi.
"Kalau mesin injeksi BOB hidup, maka semburan air bertambah tinggi, tapi jika tidak ada injeksi maka semburan air melemah. Mungkin ini pengaruh injeksi BOB dan ini baru pertama terjadi di tempat kami walau disekeliling kami banyak pompa angguk untuk menyedot minyak bumi," ujar Effendy.
Menurut dia, unsur pemerintah daerah telah meminta perusahaan untuk tidak beraktivitas menginjeksi minyak bumi sebelum masalah semprotan air ditangani dengan baik karena masyarakat khawatir air yang menyemprot itu akan terus terjadi dan tidak berhenti. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009