Pada Selasa (17/3) dia mendapat tongkat kekuasaan negara pulau di Samudra Hindia itu dari militer.
Dalam usia 34 tahun, Rajoelina akhirnya berhasil mengerjakan sesuatu yang kelihatannya tak mungkin, yaitu menggulingkan orang kuat di negeri tersebut, Marc Ravalomanana.
Pertikaian antara kedua orang itu meletus pada akhir Desember 2008 saat Rajoelina menyiarkan kecaman terhadap pemerintah Ravalomanana melalui stasiun televisi pribadinya, yang belakangan ditutup Ravalomanana.
Cengkeraman kuat Ravalomanana, yang menghadapi tekanan dari militer setelah krisis yang merenggut sebanyak 100 nyawa warganya, mengendur dengan cepat dalam beberapa hari belakangan sampai ia akhirnya mengumumkan pengunduran diri pada Selasa.
Dekrit terakhir Ravalomanana untuk menyerahkan kekuasaan kepada dewan militer peralihan ditolak militer, yang menyatakan akan menyerahkan kekuasaan kepada Rajoelina.
Serangkaian unjuk rasa yang diselenggarakan oleh kubu Rajoelina sejak awal tahun ini jarang menarik lebih dari beberapa ratus pendukung dan gerakannya seringkali kelihatan terancam gagal.
Namun pemimpin muda tersebut meraih kemenangan Senin, ketika militer, yang telah berbalik menentang Ravalomanana, menyerbu kompleks istana presiden, dan membiarkan Rajoelina serta pendukungnya mengambil-alih kompleks itu pada hari berikutnya.
"Kita sekarang mengenyam buah upaya kita. Ini adalah kehendak Tuhan. Saya akan berusaha sekuat tenaga sampai akhir," kata Rajoelina di hadapan pendukungnya yang bergembira, sebagaimana dilaporkan kantor berita Prancis, AFP, dari ibukota Madagaskar, Antananarivo.
Salah seorang dari mereka menggambarkan peristiwa tersebut sebagai "kemengan Daud melawan Jaluth (David vs Goliath)".
Mantan DJ yang beralih jadi pengusaha itu terjun ke kancah politik pada 2007, ketika ia bersaing dalam pemilihan kotapraja di Antananarivo dan mengalahkan partai Ravalomanana untuk menjadi walikota di ibukota Madagaskar.
Menurut Wikipedia, dengan alamat http://en.wikipedia.org, dari 1994 sampai 2000 Rajoelina bekerja sebagai penyelenggara acara, seringkali dalam tayangan langsung.
Ia juga mantan DJ profesional, pendiri biro percetakan digital dan iklan Injet, yang pertama di Madagaskar. Ia juga memiliki stasiun televisi dan radio VIVA.
Pengusaha muda tersebut sebelum pemungutan suara mendongkel popularitasnya melalui usaha pribadinya meraih 63 persen suara dalam pemilihan Walikota Antananarivo.
Rojoelina mengubah singkatan bahasa Prancis untuk kereta sangat cepat, Monikered TGC, jadi nama gerakannya yang ditunjang oleh ketenarannya yang melesat, Tanora Gasy Vonona, atau Warga Muda Madagaskar yang Dinamis.
Dalam 12 bulan kemudian, hubungan dengan pemerintah memburuk sampai setahun setelah pemilihan umum, pemerintah menutup jaringan televisinya karena menyiarkan wawancara dengan mantan presiden Didier Ratsiraka.
Ratsiraka, yang memerintah Madagaskar selama 25 tahun, saat ini hidup di pengasingan di Prancis setelah kemelut politik yang berlarut dan dipenuhi kekerasan dengan Ravalomanana ketika ia menolak untuk menerima kekalahan dalam pemilihan presiden 2001.
Rajoelina mencap pemerintah diktator dan pada Januari dan menyerukan pemogokan umum yang berubah jadi kerusuhan serta menewaskan puluhan orang.
Ia berulang kali mengutuk sesuatu yang ia katakan sebagai kebebasan yang menyusut di pulau Samudra Hindia tersebut dan juga dengan keras mengecam proyek besar guna menyewakan lahan yang sangat luas kepada raksasa industri Korea Selatan, Daewoo.
Pada 31 Januari 2009, Rajoelina dalam satu pertemuan terbuka, mengumumkan ia berwenang atas seluah Republik Madagaskar.
"Karena presiden dan pemerintah tak melaksanakan tanggung jawab mereka, maka saya menyatakan bahwa saya akan mengelola semua urusan nasional mulai hari ini," katanya.
Ia menambahkan permintaan agar Presiden Ravalomanana secara resmi meletakkan jabatan segera diajukan ke Parlemen Madagaskar.
Pada 3 Februari, Rajoelina dipecat dari jabatan walikota dan satu delegasi khsusus yang dipimpin oleh Guy Randrianarisoa diangkat menggantikannya.
Rajoelina mencela keputusan tersebut, dan mengatakan "tak ada alasan yang sah" dan ia siap menghadapi penangkapan jika perlu, tapi memperingatkan bahwa warga di kota itu takkan menerima keputusan tersebut.
Pada Ahad (15/3), presiden yang dilanda kemelut menolak seruan Rajoelina agar meletakkan jabatan, dan mengatakan ia akan menghadapi referendum jika perlu.
Namun, kepala negara Madagaskar tersebut tak memberi perincian lebih lanjut mengenai jenis pemungutan suara yang akan ia sepakati. Perundingan antara kedua pihak macet beberapa pekan sebelum Rajoelina menerima tongkat kekuasaan dari militer.
Dalam beberapa hal, Rajoelina memiliki banyak kesamaan dengan pesaingnya, yang juga muncul ke kursi kekuasaan setelah menjadi Walikota Antananarivo.
Kedua tokoh itu juga datang dari kelompok etnik yang sama, Merina, yang juga pengusaha yang sukses.
Salah satu tugas pertama Rajoelina sebagai orang nomor satu dalam pemerintah peralihan yang ia dirikan bulan lalu ialah mengisi kekosongan undang-undang dasar mengenai pengambil-alihan kekuasaannya.
Dia juga berhadapan dengan pasal yang membuat dia enam tahun lebih muda untuk memangku jabatan presiden.(*)
Pewarta: oleh Chaidar Abdullah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009