Karakas, (ANTARA News) - Presiden Hugo Chavez, Selasa, menyambut baik kesepakatan pengeboran minyak senilai enam miliar dolar AS dengan Rusia di lembah sungai kaya minyak Venezuela, Orinoco, dan kesepakatan pengolahan minyak untuk ekspor dengan China sebagai upaya ekonomi negara itu menghadapi murahnya harga minyak.
"Dua hari lalu, kami menandatangani perjanjian yang akan dilaksanakan selama empat bulan di Vienna...sangat penting bagi Venezuela dan Rusia membentuk kerjasama energi dan membangun dialog," kata Chavez dalam pertemuan kabinet yang disiarkan televisi, seperti diwartakan AFP.
Perjanjian kerja sama yang ditandatangani menteri perminyakan Rafael Ramirez dengan Rusia, dilakukan seiring dengan pertemuan Organisasi negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Minggu di ibukota Austria.
Ramirez, Selasa, mengatakan, kesepakatan itu meliputi "investasi langsung paling tidak 6 miliar dolar" di kawasan Selatan lembah sungai Orinoco yang diperkirakan memiliki cadangan 53 miliar barel minyak mentah Venezuela.
Venezuela juga menyetujui serangkaian kerjasama dengan perusahaan minyak asing di kawasan hutan Amazon yang memungkinkan BUMN perminyakan Venezuela PDVSA memegang 60 persen saham.
Chavez, Selasa, juga mengatakan bahwa Ramirez baru berangkat ke Beijing untuk menandatangani "tiga perjanjian strategis" untuk membangun industri pengolahan di China dan "untuk memasok China sampai satu juta barel minyak pe hari beberapa tahun mendatang."
China saat ini mengimpor lebih dari 300.000 barel per hari dari Venezuela, katanya.
Rencananya adalah untuk China akan dipasok dengan minyak mentah ekstra berat dari lembah sungai Orinoco yang akan diolah di fasilitas yang dibangun di sana.
Pada September, kedua negara sepakat minyak akan diekspor ke China sampai 500.000 barel pe hari di 2009.
Dengan harga minyak mentah di pasar dunia 20 dolar di bawah apa yang direncanakan Chavez untuk tahun ini, dia mengatakan pemerintahannya siap untuk bertahan meski harga lebih rendah.
Venezuela bergulat dengan penurunan tajam harga minyak dari rata-rata mendekati 87 dolar per barel pada 2008 -- dengan puncaknya 130 dolar -- menjadi hanya 36 dolar per barel hari ini.
Sekitar 90 persen pendapatan ekspor negara ini berasal dari minyak dan negara itu merencanakan anggaran 2009 dengan mematok harga minyak 60 dolar per barel.
Pada Minggu, Chavez mengatakan, dia mempertimbangkan kenaikan harga bensin di dalam negeri -- empat sen per liter (16 sen per galon) -- untuk meningkatkan pendapatan.
Namun pada Selasa, dia mengatakan: "Kami berupaya keras menstabilkan harga minyak dalam kisaran yang adil...Kami siap jika harga 25 (dolar per barel) atau di bawahnya. Saya katakan kepada mereka, `Mari bersiap jika harga minyak nol (dolar).`"
Venezuela telah berupaya namun gagal untuk mengajak 12 negara anggota OPEC menurunkan produksi mereka pada pertemuan Minggu.
Sebagai gantinya, OPEC memutuskan menentang penurunan lanjutan dan membekukan level produksi saat ini dengan meminta negara anggotanya untuk mematuhi kuota tahun lalu.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
Hal ini wajar saja dlm pergaulan internasional, YG memang kerjasama tdk boleh hanya dgn satu poros kekuatan dunia saja, misalnya AS saja, Maka pelibatan Rusia & Cina sebagai poros alternatif, diharapkan akan dpt menciptakan jaring pengaman krisis ekonomi global skrg ini yg justru timbul dr dalam AS sendiri..
Mari kita ciptakan growth-pole2 baru di berbagai belahan dunia ini..
Hasilnya, ekonomi amerika jadi macet, tapi konsumsi minyaknya juga menurun, dan hasilnya juga di rasakan negara pengekspor minyak.
Makanya jangan serakah ....
Semua negara di dunia ini saling ketergantungan ....
sekarang iran dan venejuela ketar-ketir...harga minyak anjlok .....
punya minyak banyak tapi gak ada yang mau beli .........