Antananarivo (ANTARA News) - Militer Madagakar, Selasa, menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin oposisi Andry Rajoelina sebagai presiden pemerintah peralihan, demikian laporan beberapa media yang dikutip Xinhua.

Laksamana Madya Hyppolite Ramaroson, sebagaimana dikutip media massa , mengatakan dalam satu upacara di kamp militer bahwa Rajoelina telah diberikan kekuasaan guna mengawasi peralihan.

Ramaroson menambahkan para jenderal senior militer telah meolak usul sebelumnya dari Presiden Marc Ravalomanana guna menyerahkan kekuasaan kepada satu komite militer.

Ravalomanana pada hari yang sama mengatakan ia telah mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada militer, tapi keputusan tersebut belakangan ditolak oleh oposisi dan Angkatan Bersenjata.

Dalam satu dekrit presiden yang dikeluarkan Selasa, Ravalomanana setuju menyerahkan kekuasaannya kepada perwira militer paling tinggi dan paling senior, yang akan memimpin Badan Pelaksana Militer.

Militer akan mengemban jabatan presiden dan perdana menteri berdasarkan undang-undang dasar, demikian antara lain isi dekrit itu.

Personil Angkatan Bersenjata yang memberontak menahan empat jenderal dan seorang pemimpin gereja menyusul satu pertemuan antara para jenderal, Rajoelina dan pemimpin gereja, Selasa petang. Dalam pertemuan tersebut, oposisi diberi tahu mengenai keputusan presiden itu.

Uni Afrika, Selasa malam, mendesak semua pihak di Madagaskar agar melakukan tindakan yang perlu guna menjamin keselamatan Ravalomanana, yang meletakkan jabatan di bawah tekanan dari oposisi dan Angkatan Bersenjata.

Badan Pan-Afrika tersebut meminta "dilakukannya semua tindakan yang perlu guna menjamin keselamatan presiden itu dan keluarganya, rekannya, dihormatinya kebebasan pribadi dan kolektif dan dicegahnya setiap aksi kekerasan atau intimidasi serta dilindunginya harta benda", demikian isi satu komunike yang dikeluarkan setelah pertemuan darurat Dewan Keamanan dan Perdamaian Uni Afrika.

Kebuntuan politik antara Ravalomanana dan Rajoelina, yang terburuk dalam beberapa tahun di negeri tersebut, meletus Desember lalu, ketika Ravalomanana memerintahkan penutupan stasiun radio dan televisi milik Rajoelina. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009