Untuk reaksi cepat mencegah virus lebih besar serius kita lakukan,

Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa ia sendiri yang memimpin tim satuan tugas dalam menanggulangi penyakit saluran pernafasan karena virus Corona.

"Sejak awal 'task force' (satuan tugas) sudah ada. Saya komandani sendiri, jelas? BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mengkoordinatori mengenai tim reaksi cepat," kata Presiden Joko Widodo di bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat.

Presiden menyampaikan hal tersebut seusai berkeliling bandara Soekarno-Hatta untuk mengecek fungsi "thermal scanner" dan "thermal gun" di pintu kedatangan internasional bandara serta proses pembersihan bandara menggunakan disinfektan.

Saat meninjau, Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin serta pejabat terkait lainnya.

Baca juga: Kasus corona di Masjid Seri Petaling merupakan klaster baru

"Saya beri contoh saat evakuasi warga negara Indonesia di Wuhan hanya dalam 2 hari kita putuskan dan langsung bisa disiapkan tempatnya oleh TNI dan BNPB di Natuna,saya kira kecepatan itu yang ingin saya sampaikan," tambah Presiden.

Dalam satgas tersebut ada juga tim reaksi cepat yang bertugas untuk mencegah penyebaran COVID-19.

"Untuk reaksi cepat mencegah virus lebih besar serius kita lakukan, pelacakan dari klaster kasus 01 dan 02, membuahkan hasil dari 80 orang lalu turun ke 10 orang dan bisa dilacak ada 4 orang dari klaster itu yang positif COVID-19, pengawasan dan isolasi pasien 'suspect' juga terus dilaksanakan," jelas presiden.

Tim reaksi cepat itu dipimpin Kepala BNPB Doni Monardo dan menyiagakan rumah sakit tipe A. Selain itu ada juga tim untuk menjaga 135 pintu masuk negara baik di darat, laut, udara dengan mengerjakan protokol keamanan dan kesehatan.

"Setiap ditemukan klaster baru tim reaksi cepat kita pasti langsung masuk dibantu intelijen BIN, Polri dan TNI. Saya ambil contoh pasien 01 dan 02 setelah kita ketahui yang bersangkutan dalam 2 hari saya sudah dapat 80 nama yg berada di klaster ini dari tim reaksi cepat yang kita miliki maka Kementerian Kesehatan dibantu intelejen BIN dan intelijen di Polri mendapatkan nama-nama itu meski kita juga tahu virus memiliki kecepatan penyebaran yang sangat cepat," terang presiden.

Baca juga: Indonesia tetap jadikan China pasar utama

Selain itu, presiden juga mengaku sudah mengadakan beberapa kali rapat terkait corona.

"Koordinasi lintas kementerian dan lembaga, TNI, Polri, Pemda kita terus perkuat dalam 2 bulan ini. Kita telah secara khusus mengadakan rapat paripurna corona sebanyak satu kali dan rapat terbatas 5 kali dan rapat internal sehari bisa 1 hingga 2 kali khusus corona ini," ungkap presiden.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah resmi menyatakan COVID-19 sebagai pandemi karena telah menjangkiti 135.168 orang di 119 negara dengan 70.415 orang dinyatakan sembuh dan 4.990 kematian per Jumat (13/3)

Dalam dua pekan terakhir, terjadi peningkatan jumlah kasus di luar China hingga 13 kali lipat dengan jumlah negara terdampak yang meningkat drastis. China sendiri ada 80.814 kasus dengan total kematian 3.177 sedangkan negara-negara lain COVID-19 baru muncul misalnya di Italia terdapat 15.113 kasus dan 1.016 kematian, Iran 10.075 kasus dan 429 kematian serta Korea Selatan 7.979 kasus dan 71 kematian.

Di Indonesia pemerintah menyatakan 34 orang positif terjangkit COVID-19 dengan 2 kematian sedangkan ada 12 orang masuk dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Hingga sekarang telah ada 5 orang yang sembuh dari COVID-19 di Indonesia. Di Jepang, 9 WNI dari ABK Dream World dinyatakan sudah sembuh semua.

Baca juga: Tom Hanks kena corona, film Elvis dihentikan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020