Tokyo (ANTARA) - ASEAN dan Jepang menyadari semakin meningkatnya ancaman keamanan non-tradisional di Asia-Pasifik sehingga kerjasama multilateral diantara mereka, termasuk kehadiran Amerika Serikat, perlu ditingkatkan.

"Negara-negara ASEAN kini sudah semakin menunjukkan penigkatan kapasitas kerjasamanya dalam menghadapi tantangan keamanan di area yang semakin luas. Jepang ingin ikut membantu meningkatkan kerjasama baik bilateral maupun multilateral," kata Ryota Takeda, Parliementary Secretaryfor Defence, dalam acara pembukaan ASEAN-Japan SecurityTalks (AJST) di Tokyo, Selasa.

Hadir pada acara tersebut sejumlah pejabat setingkat wakil menteri pertahanan dari sepuluh negara ASEAN, termasuk Sekjen Departemen Pertahanan (Dephan) Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin.

Takeda mengutarakan, kawasan Asia Pasifik kini tidak saja menghadapi tantangan keamanan dalam bentuk tradisional seperti isu Korea Utara, keamanan di Selat Malaka, tetapi juga non-tradisional yaitu terorisme, pembajakan dan juga bencana alam.

Ia menyampaikan keinginan Jepang untuk membangun kerjasama yang lebih erat dengan negara-negara pemain kunci di kawasan Asia pasifik, termasuk juga dengan AS.

"Tujuan utama dari pertemuan ini, adalah mendorong peningkatan hubungan personal diantara pejabat tinggi setingkat menteri pertahanan melalui pembicaraan yang terbuka," kata Takeda.

Sementara itu, Sjafsrie Sjamsoeddin mengatakan, tantangan keamanan kawasan Asia Pasifik tidak bisa alagi diselesaikan secara sendiran sehingga semua negara perlu bersinergi guna membangun stabilitas kawasan.

"Pertemuan in sangat penting, karena sangat bermanfaat untuk berbagi informasi dan pengalaman serta bertukar pandang antara Jepang dan ASEAN dalam mengatasi ancaman di masa mendatang yang semakin kompleks," kata mantan Pangdam Jaya itu.

Sjafrie mengemukakan sejumlah tantangan keamanan bersama di Asia Pasifik dari perspektif Indonesia, yaitu terorisme, keamanan maritim, operasi perdamaian, senjata pemusnah massal, bencana alam serta penyelundupan narkoba dan manusia.

Sjafrie juga mengatakan penangaan terorisme tidak bisa diselesaikan secara domestik tetapi harus dalam kerangka internasional dengan mencari akar masalah pemicu terorisme seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesalahan interpretasi konsep agama.

Sedangkan soal keamanan maritim di Selat Malaka, Indonesia berpendapat bantuan Jepang dan internasional memang perlu dilanjutkan.

Menyinggung senjata pemusnah massal, Sjafrie mengatakan, deklarasi ASEAN sebagai kawasan bebas senjata nulir perlu dioptimalkan dengan meminta Jepang menandatangani deklarasi tersebut. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009