Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang MSi, mengatakan, Amien Rais sebagai tokoh sentral dalam PAN, seharusnya menjadi juru damai terhadap pihak-pihak yang berkonflik di internal.

"Amien Rais adalah tokoh sentral dalam PAN yang seharusnya menjadi juru damai terhadap pihak yang berkonflik, bukan menjadi pemicu konflik," kata Atang kepada ANTARA di Kupang, Jumat.

Ia mengemukakan hal itu, berkaitan wacana pembentukan PAN Reformasi seusai Kongres V PAN yang memilih Hasan sebagai ketua umum.

Baca juga: Pembentukan PAN Reformasi stigma buruk terhadap Amin Rais

Kongres V PAN sepertinya tak membuat puas sebagian kader. Loyalis Rais mendorong mantan ketua MPR itu untuk membentuk PAN reformasi.

"Bagi saya, PAN reformasi bukan pilihan tepat karena ada beberapa alasan yakni pertama Amien Rais adalah PAN dan PAN adalah Amien Rais," katanya.

Kedua, Rais adalah tokoh sentral dalam PAN yang seharusnya menjadi juru damai terhadap pihak yang berkonflik bukan menjadi pemicu konflik.

Baca juga: Zulkifli Hasan: Amien Rais pakai bahasa halus terkait Jokowi-Ma'ruf

Ketiga, Rais adalah sang punggawa demokrasi yang semestinya melihat konflik, dan perbedaan pendapat di internal PAN adalah bagian dari dinamika demokrasi.

Keempat, Rais bukanlah tipe yang menjunjung tinggi asas demokrasi, karena hasil kongres yang dimenangkan Hasan merupakan bagian dari praktik demokrasi melalui suara terbanyak yang seharusnya dihargai.

Artinya, menolak hasil kongres sama artinya dengan tidak mengakui demokrasi.

Baca juga: Zulhas: PAN mitra yang kritis, tidak masuk pemerintah, tidak oposisi

Di sinilah dia menilai ada sikap inkonsisten Rais, sehingga dengan mendirikan PAN reformasi, maka Rais secara sengaja "membunuh" PAN yang dia dirikan.

Jika ada yang tidak beres, maka ada jalur formal yang bisa diuji, yakni melalui jalur pengadilan. "Politisi yang negarawan harus menyiapkan pengganti bukan mempertahankan kekuasaan," kata Atang.

Baca juga: Zulkifli Hasan sebut kericuhan Kongres V PAN dari orang luar partai

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020