Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Myanmar sepakat membangun sistem perdagangan langsung untuk mendorong kerjasama ekonomi antar dua negara. Wakil Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Gopokson Situmorang mengatakan, pihaknya telah melakukan pendekatan dengan Bank Sentral Myanmar dan maskapai penerbangannya untuk menjajaki terbangunnya sistem perbankan dan penerbangan langsung dengan Indonesia. "Kita sedang menjajaki agar ada `direct banking` dan `direct transport` antara Indonesia dan Myanmar," kata Gopokson usai menghadiri pertemuan Kadin dengan delegasi Myanmar, di Jakarta, Senin. Selama ini, perdagangan antara dua negara dilakukan melalui Singapura. "Pengiriman barangnya juga lewat Singapura, padahal kalau bisa langsung dari Sabang misalnya akan lebih dekat dan biayanya lebih murah," ujarnya. Ia berharap Bank Sentral Myanmar dapat menghubungkan perbankan Indonesia dengan Myanmar Economic Bank (MEB), Myanmar Foreign Trade Bank (MFTB) dan Myanmar Investment and Commercial Bank (MICB) yang melayani transaksi ekspor dan impor. "MFTB dengan BNI misalnya, kita sedang penjajakan, kalau bisa langsung itu tanpa harus bayar komisi. Dengan sistem sekarang maka barang kita lebih mahal," tuturnya. Ketua Kadin Komite Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam, Juan Gondokusumo kendala utama dalam melakukan hubungan dagang dengan Myanmar adalah sistem pembayaran yang tidak langsung. "Mereka tidak menggunakan dolar AS sehingga menjadi penghambat (transaksi). Untuk membuka L/C (Letter of Credit) juga harus melalui pihak ketiga, Singapura," ujarnya. Ia berharap pemerintah segera mencari jalan untuk memfasilitasi hubungan perdagangan dan ekonomi dua negara. Sementara itu, Kadin Indonesia dan Myanmar sedang menyiapkan rancangan nota kesepahaman untuk memperbaiki hubungan dua negara dalam bidang ekonomi. "Kita akan membuat MoU bersama mengenai masalah apa saja yang akan diperbaiki," tambah Juan. Pada kesempatan itu, Deputi Dirjen Departemen Perdagangan Myanmar, Myo Oo mengakui masalah perbankan masih menjadi penghambat dalam hubungan dagang dua negara. "Karena sanksi AS, kami tidak bisa bertransaksi dengan dolar, jadi kami menggunakan Euro atau mata uang lainnya seperti Dolar Singapura. Kami ingin coba berdagang dengan Euro seperti yang sudah kami lakukan dengan negara lain," kata Oo. "Ekspor utama Myanmar ke Indonesia berupa kacang-kacangan, sekitar 20.000 ton per tahun kacang hijau untuk dibuat taoge. Sekarang kami ingin mendorong ekspornya termasuk bawang yang diekspor lewat Malaysia jadi kami ingin berhubungan langsung dengan pembeli Indonesia," tambahnya. Total nilai perdagangan dua negara pada 2007 tercatat sebesar 292,8 juta dolar AS meningkat 86 persen dibanding 2006 yang sebesar 157,4 juta dolar AS. Selama Januari-November 2008 nilai perdagangan dua negara mencapai 269,6 juta dolar AS. Indonesia selalu menikmati surplus perdagangan dengan Myanmar. Ekspor Indonesia pada 2007 ke Myanmar sebesar 262,4 juta dolar AS sedangkan impor dari Myanmar tercatat sebesar 30,4 juta dolar AS. Ekspor Indonesia ke Myanmar antara lain berupa migas, minyak sawit, rokok, sarung dan produk jamu. Sedangkan ekspor Myanmar ke Indonesia berupa kacang-kacangan, bawang, kedelai, dan produk perikanan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009