"Mungkin lebih tegas bahwa serangan virus ini menunjukkan ketidakberdayaan pemerintah daerah dalam melakukan antisipasi, atau lambannya dinas terkait melakukan antisipasi," kata Yohanes Lay kepada ANTARA di Kupang, Jumat terkait serangan virus ASF di Pulau Timor.
Baca juga: 1.753 ekor babi di Kabupaten Kupang mati akibat virus ASF
Baca juga: Kasus flu babi di NTT, Kementan perketat produk hewan dari Timur Leste
Baca juga: Belum diketahui penyebab kematian ratusan ternak babi di NTT
Wabah flu babi yang menyerang pulau Timor yang terdiri dari Kabupaten Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang dalam beberapa pekan terakhir ini telah meresahkan para peternak.
Ribuan ekor ternak babi dilaporkan mati, setelah mengalami gejala tidak makan dalam beberapa hari.
Pemerintah Kabupaten Kupang misalnya mencatat, hingga pekan ini sudah lebih dari 1.700 ekor ternak babi mati. Ini belum termasuk yang tidak dilaporkan oleh warga.
Menurut Yohanes Ly, virus flu babi ini sesungguhnya sudah diketahui oleh pemerintah daerah di NTT sejak Oktober 2019 lalu, dimana virus tersebut diketahui menyerang ternak babi di negara tetangga Timor Leste.
Artinya, pemerintah seharusnya mengambil tindakan nyata untuk mencegah masuknya virus ini ke NTT, karena bagaimanapun virus ini sangat mudah masuk ke wilayah NTT karena berbatasan darat dengan Timor Leste.
Dan terbukti, sejak Februari 2020, virus ini masuk ke wilayah NTT dan menyerang ternak babi mulai dari Kabupaten Belu hingga Kota Kupang.
"Karena itu, lebih tegas saya sebut sebagai kegagalan pemerintah dalam melakukan antisipasi, sehingga para peternak harus menjadi korban karena ternaknya mati," katanya menambahkan. ***1***
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020