Kabul, (ANTARA News) - Sembilan tentara internasional dan tiga warga sipil Afghanistan tewas dalam serangan akhir pekan berdarah di Afghanistan yang berkaitan dengan aksi perlawanan yang dipimpin Taliban, kata para pejabat.

Serangan itu terjadi di tengah berkembangnya kecemasan mengenai aksi kekerasan oleh gerilyawan garis keras di negara yang poranda akibat perang, dan di seluruh perbatasan di Pakistan, lebih dari tujuh tahun, setelah Taliban ditumbangkan dari pemerintahan dalam serangan yang dipimpin Amerika Serikat (AS), demikian diwartakan AFP.

Kelompok Taliban mengaku bertanggungjawab atas terjadinya satu ledakan yang menewaskan empat tentara anggota Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di provinsi Nangarhar di bagian timur negeri tersebut di perbatasan dengan Pakistan, Ahad.

"Ini adalah ledakan bom buatan. Empat tentara tewas," kata seorang seorang jurubicara ISAF di markas besar ISAF di Kabul kepada AFP.

Satu pernyataan mengatakan bahwa dua orang tewas seketika dan dua lagi meninggal akibat luka-luka yang mereka derita.

Militer AS mengatakan empat prajurit tersebut berasal dari AS, yang mengirim sekitar 38.000 tentara ke Afghanistan.

Seorang petugas media Afghanistan di provinsi itu mengatakan bom tersebut diledakkan dengan pengendali jarak jauh, untuk menghantam satu konvoi di distrik Bati Kot.

"Ini didedikasikan oleh para petugas profesional yang mengorbankan hidup mereka untuk keamanan dan kestabilan Afghanistan," kata jurubicara ISAF Brigjen Richard Blancheltte.

Dua prajurit Inggris dari satuan kelistrikan dan mesin mekanik tewas dalam ledakan di kendaraan patroli Ahad, di distrik Garmsir di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, kata Menteri Pertahanan di London.

Tiga lagi tentara ISAF tewas di Afghanistan Sabtu. Mereka adalah prajurit Prancis, Inggris dan seorang lagi tidak diumumkan kebangsaannya.

Dengan pertempuran Ahad, 63 tentara internasional tewas di Afghanistan tahun ini, dan sebagian besar dari mereka tewas dalam serangan gerilyawan, menurut perhitungan yang dilakukan laman Internet icasualties.org --yang mengamati perang di Kabul dan di Irak.

Juga pada Ahad, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan kendaraan yang berisi bahan peledak di ibukota Afghanistan, Kabul, pada saat konvoi militer asing lewat, kata kementerian dalam negeri.

Ledakan tersebut menewaskan dua warga sipil dan 14 orang lagi terluka, meskipun tentara asing tidak ada yang cedera, katanya.

Sebelumnya, satu bom meledak di kota Kandahar, Afghanistan selatan, pada saat walikota Ghulam Haidar Hameedi melewati daerah itu, kata polisi.

"Seorang warga sipil tewas dan enam lagi cedera, namun walikota tersebut tidak terluka tapi kendaraan mereka mengalami kerusakan," kata polisi pula.

Taliban, yang memerintah antara 1996-2001, telah melakukan gelombang serangan serupa di seluruh negara itu, yang dikepung dengan kelompok radikal lain, dan penjahat juga berada di balik gelombang kekerasan itu.

Pihak militer AS mengatakan bahwa tentaranya menewaskan lima gerilyawan dalam satu operasi Ahad pagi, sekitar 60 kilometer di barat kota Kandahar.

Tiga orang lagi ditahan, kata mereka dalam satu pernyataan.

ISAF berkekuatan mencapai hampir 62.000 tentara dari 42 negara, menurut laman Internet itu. Koalisi yang dipimpin AS secara terpisah diduga didukung oleh 13.000 prajurit.

Sebanyak 17.000 lagi tentara AS diperkirakan akan mulai dikirim ke Afghanistan selatan pada beberapa bulan mendatang.

Meskipun serangan mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu, terdapat kenaikan perundingan untuk menemukan jalan ke luar non- militer dari aksi kekerasan yang terus meningkat itu, dan Washington mengemukakan kemungkinan perundingan perdamaian dengan kaum moderat Taliban.

Namun, gerilyawan menegaskan mereka hanya akan memasuki perundingan setelah tentara asing keluar dari Afghanistan, yang mendapat dukungan Barat.

Abdul Qayoum Karzai, saudara Presiden Hamid Karzai, yang memimpin upaya rekonsiliasi atas nama Kabul, mengatakan bahwa Presiden AS Barack Obama bermaksud menjajaki perundingan yang memicu timbulnya rasa optimisme, termasuk di kalangan Taliban sendiri.

"Tidak ada cara lain kecuali perundingan-perundingan," kara Karzai menambahkan.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009