Kabul  (ANTARA News) - Serangkaian ledakan bom di sejumlah daerah Afghanistan menewaskan empat prajurit AS dan tiga warga sipil Afghanistan, Minggu, dalam serangan-serangan yang diklaim oleh gerilyawan Taliban.

Ketiga pemboman terpisah itu terjadi di tengah kekhawatiran mengenai meningkatnya kekerasan di Afghanistan dan di seberang perbatasan di Pakistan, lebih dari tujuh tahun setelah Taliban digulingkan dari kekuasaan dalam invasi pimpinan AS.

Taliban mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang menewaskan empat prajurit Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO di provinsi Nangarhar, Afghanistan timur, yang berbatasan dengan Pakistan.

"Itu sebuah bom rakitan (IED). Empat prajurit tewas," kata seorang jurubicara ISAF di markas pasukan itu di Kabul kepada AFP.

Sebuah pernyataan mengatakan, dua orang tewas seketika dan dua lagi tewas kemudian akibat luka-luka mereka.

Militer AS mengatakan, keempat prajurit itu berasal dari AS, yang menempatkan sekitar 38.000 prajurit di Afghanistan yang dilanda perang.

Seorang pegawai media Afghanistan di provinsi itu mengatakan, bom tersebut diledakkan dari jarak jauh untuk menyerang sebuah konvoi di distrik Bati Kot.

"Para profesional yang berbakti ini telah mengorbankan jiwa mereka demi sebuah Afghanistan yang aman dan stabil," kata jurubicara ISAF Brigjen Richard Blanchette.

Tiga prajurit lain ISAF tewas di Afghanistan pada Sabtu. Mereka berasal dari Perancis, Inggris dan satu lagi dari negara yang belum diumumkan.

Dengan kematian-kematian terakhir itu, jumlah prajurit internasional yang tewas di Afghanistan tahun ini menjadi 61, sebagian besar akibat serangan-serangan gerilya, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.

Juga Minggu, seorang penyerang bunuh diri meledakkan mobil yang dipasangi bom di Kabul ketika sebuah konvoi militer asing sedang lewat, kata Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.

Serangan itu menewaskan dua warga sipil dan mencederai 14 lain, namun pasukan asing itu selamat tanpa cedera, kata kementerian tersebut.

Sebelumnya, sebuah bom meledak di kota Kandahar, Afghanistan selatan, ketika kendaraan Walikota Ghulam Haidar Hameedi sedang lewat, kata polisi.

Pemboman itu menewaskan seorang warga sipil dan mencederai enam lain, namun walikota itu selamat dan kendaraannya hanya mengalami sedikit kerusakan, kata polisi.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Hampir 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Tahun lalu Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Hampir 1.500 warga sipil termasuk diantara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun itu.

Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009