Denpasar (ANTARA News) - Permintaan terhadap mata dagangan sapi antarpulau Bali tidak begitu gencar memasuki tahun 2009 seperti tahun-tahun sebelumnya, akibat masuknya daging sapi impor.
"Meskipun demikian, daging sapi Bali tetap diminati konsumen, sehingga pengiriman mata dagangan sapi Bali tetap lancar, namun jumlahnya tidak sebanyak pada tahun-tahun sebelumnya," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali, Ida Bagus Alit, di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, selama 2,5 bulan periode Januari hingga pertengahan Maret 2009, Bali tercatat mengirimkan mata dagangan sapi ke Jakarta sebanyak 10.904 ekor.
Harga sapi hidup yang beratnya 375-400 kg berkisar Rp8,3 juta-Rp8,9 juta atau setiap kilogramnya rata-rata Rp22.300.
Harga sapi hidup di tingkat pengepul Rp22.400/kg dan tingkat konsumen Rp22.500/kg. Sementara daging sapi kualitas I rata-rata Rp46.000/kg, harga di tingkat pengepul Rp45.000 dan konsumen Rp47.000/kg.
Ida Bagus Alit menjelaskan, Pemprov Bali dalam tahun 2009 hanya menetapkan jatah perdagangan sapi antarpulau tujuan Jakarta sebanyak 55.000 ekor selama tahun 2009, menurun 20.000 ekor dibanding tahun 2008 yang mencapai 75.000 ekor.
Dengan demikian, dari jatah tahun ini masih tersisa 44.096 ekor dengan harapan mencukupi perdagangan hingga akhir tahun 2009.
Pemprov Bali sengaja membatasi perdagangan sapi antarpulau, sebagai upaya menjaga keseimbangan populasi sapi Bali.
"Populasi sapi di Bali tercatat 668.065 ekor dengan kepadatan rata-rata 93,3 ekor per kilometer persegi. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan populasi dengan harapan jumlahnya dapat ditingkatkan dua kali lipat," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009