Surabaya (ANTARA News) - Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak akan menghentikan seluruh kegiatan kompetisi sepak bola di Tanah Air.

"Dalam situasi apa pun, kompetisi tidak boleh berhenti. Jika itu terjadi, maka kita kembali ke era 1990-an. Padahal kompetisi ini kita bangun dengan susah payah," kata Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, di Surabaya, Sabtu malam.

Walau begitu, PSSI tetap akan tunduk pada pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk mengenai aturan perizinan keramaian penyelenggaraan pertandingan sepak bola.

"Sesuai undang-undang, setiap keramaian harus ada izin. Kalau pertandingan sepak bola digelar tanpa penonton, sebenarnya tidak perlu izin," kata Nurdin dalam sambutan pembukaan rapat dengan para pengurus klub kontestan Liga Super Indonesia (LSI) untuk membahas perubahan jadwal kompetisi terkait masa kampanye pemilu itu.

Namun, hal itu tidak akan dilakukan, karena PSSI tak ingin melakukan perlawanan terhadap pemerintah dan rakyat Indonesia yang sedang menggelar pesta demokrasi.

"Masalah ini di luar kemampuan kita. Kita tidak boleh melawan karena pertandingan sepak bola yang kita gelar adalah untuk memberi hiburan pada rakyat," katanya.

Untuk memberikan hiburan kepada rakyat itu pula, pada tanggal 24 Juli 2009, PSSI mendatangkan klub elite dunia asal Inggris, Manchester United (MU), ke Indonesia.

"Kedatangan MU ke sini bukan hanya untuk kepentingan pembinaan sepak bola, tapi untuk memberikan hiburan kepada rakyat setelah mengikuti pesta demokrasi," katanya.

Setelah mengakhiri sambutannya, Nurdin meminta para wartawan meninggalkan ruang pertemuannya dengan para pengurus klub yang bertempat di Hotel Sheraton Surabaya itu.

Dalam pertemuan tertutup untuk membahas perubahan jadwal kompetisi Liga Super Indonesia itu, dihadiri oleh Ketua Pengprov PSSI Jatim Haruna Sumitro, Direktur Badan Liga Indonesia (BLI) Djoko Driyono, Manajer Timnas PSSI Andi Darussalam, dan para pengurus 18 klub peserta kompetisi Liga Super Indonesia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009