New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah "rebound" (berbalik naik) pada Kamis waktu setempat, karena perhatian pasar fokus pada pertemuan OPEC akhir pekan untuk membicarakan produksi yang dapat menekan pasokan di tengah potensi pemulihan ekonomi yang memicu permintaan, kata para dealer.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman April, melonjak 4,70 dolar AS dari penutupan hari sebelumnya, menjadi 47,03 dolar AS per barel.
Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan April naik 3,69 dolar AS menjadi 45,09 dolar AS per barel.
Harga minyak jatuh pada Rabu, setelah data menunjukkan stok minyak mentah AS meningkat dengan sentimen berayun terhadap ekspektasi penurunan produksi lagi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Harga untuk minyak mentah light sweet di perdagangan New York "pulih kembali dari seluruh penurunan kemarin dan sekarang lebih banyak," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates, mengutip kontrak New York yang turun 3,38 dolar AS pada Rabu.
Pada hari itu, departemen energi AS (DoE) mengumumkan, persediaan minyak mentah AS meningkat 700.000 barel pada pekan lalu, yang sedikit lebih banyak daripada ekspektasi pasar.
Laporan DoE itu krusial untuk pasar minyak mentah, karena Amerika Serikat adalah negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Lipow mengatakan karena berita ekonomi sedikit banyak tampak lebih baik, "pasar minyak mentah menginterpretasikannya sebagai sebuah penahanan penurunan dalam permintaan dan melihat ke depan sebuah pertumbuhan pada tahun berikutnya."
Pada Kamis, pasar terus fokus terhadap prospek penurunan produksi lagi oleh negara-negara anggota OPEC untuk menopang harga dalam pertemuan para menteri mereka di Wina, Minggu.
OPEC, kartel yang memproduksi sekitar 40 persen dari minyak mentah dunia, akhir tahun lalu menyepakati pemangkasan produksi 4,2 juta barel per hari, karena harga minyak jatuh dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli, akibat krisis ekonomi mengurangi permintaan minyak.
"Pasar energi kelihatannya telah menyimpulkan bahwa OPEC masih mempertahankan kemampuannya untuk mempengaruhi harga, karena fakta kembali berlarinya harga ke arah 50 dolar AS," kata John Kilduff dari MF Global.
"Namun, karena tanda itu telah didekati, pemikian kedua sungguh-sungguh diuji kembali," kata dia. "Jika tidak ada yang lebih substansial daripada janji-janji yang diwaspadai dari hasil pertemuan akhir pekan itu, pasar akan menunjukkan kekecewaan mereka pada Minggu malam, karena pasar Asia buka," kata dia.
Lipow mengatakan tidak berpikir para menteri OPEC akan menyepakati pengurangan produksi lagi, memberikan kesan mereka dapat "mencoba pemenuhan yang lebih baik."
Presiden OPEC Jose Maria Botelho de Vasconcelos dari Angola mengatakan bahwa kartel dapat memutuskan memangkas produksinya lagi untuk keempat kalinya sejak September lalu.
Sementara produsen minyak OPEC terkemuka, Arab Saudi, mengindikasikan pihaknya akan meminta para anggota memenuhi seluruh pemangkasan produksi sebelumnya, sebelum melakukan pemangkasan baru.
Anggota OPEC garis keras, Iran dan Venezuela, telah membuat kejelasan bahwa mereka akan meminta pemangkasan produksi lagi, sementara Libya mengindikasikan bahwa pengurangan produksi masih sebuah kemungkinan.
Raja Arab Saudi, King Abdullah menginginkan jangkar harga minyak pada sebuah "harga adil" pada 75 dolar AS per per barel untuk memerangi kemerosotan harga, yang mengurangi pendapatan dan menciptakan pengurangan besar anggaran untuk beberapa negara anggota OPEC.
Sementara Rusia, non anggota OPEC, mendukung kartel untuk mengurangi produksinya lagi dan akan "berpartisipasi" dalam setiap upaya itu, kata seorang pejabat Rusia, Kamis.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah mengkoordinasikan pengurangan produksinya dengan OPEC dalam upaya menstabilkan kemerosotan harga minyak.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009