New York (ANTARA News) - Setelah selama tiga hari mendaki ke posisi harga lebih baik, pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), pialang saham di bursa Wall Street yang limpung akhirnya memperoleh suntikan yang dibutuhkannya, namun rekor harga saham terendah dalam 12 tahun terakhir menimbulkan kekhawatiran bahwa kecenderungan naiknya harga kali ini terlalu kecil untuk bisa bertahan lama.
Ciri khas penting dari kenaikan harga saham yang cukup berarti ini adalah kemampuan pasar dalam mengkonsolidasi keuntungannya sambil memperkuat fundamental pasarnya, demikian para pelaku dan analis pasar, Kamis waktu AS.
Hanya dalam tiga hari, indeks Standard & Poor's 500 naik 11 persen, namun untuk ukuran tahunan, level indeks ini masih turun 16,9 persen. Jika dibanding rekor tertinggi pada Oktober 2007, indeks S&P 500 kali ini masih 52 persen dibawah level itu.
"Maksudnya terlalu dini mengatakan jika indeks ini adalah batas bawahnya. Selama beberapa minggu, anda ingin menyaksikan pasar membangun satu pijakan. Adalah lebih penting jika pasar bertahan di sini dan bahkan mungkin menggali (pijakan) di sini, ketimbang mencipta sesuatu seperti luncuran roket," kata John Kosar, praktisi pasar dan Presiden Asbury Research, Chicago.
Sementara para ahli statistik melihat periode konsolidasi panjang pasar ini sebagai fondasi yang akhirnya menjadi basis pasar.
"Saat ini kami sungguh memerlukan konsolidasi. Taruhlah General Electric kembali di atas 10 dolar AS per saham dan Citigroup diatas 2 atau 3 dolar AS, mungkin kita nanti bisa memulai mencapai keadaan yang lebih nyaman.
Kendati kita telah memperoleh keuntungan yang lumayan, tapi itu bisa saja antisipasi rugi (short-covering) mengingat kebanyakan pelaku pasar sekarang adalah para pedagang saham jangak pendek sehingga anda sungguh tidak akan melihat akumulasi saham," kata Cleveland Rueckert, analis pasar pada perusahaan riset Birinyi Associates Inc di Stamford, Connecticut.
Aksi "short-covering' merujuk pada tindakan spekulasi dengan asumsi harga saham akan terus turun.
Indeks Volatilitas
Pada penutupan Kamis, indeks S&P melewati kenaikan tiga hari berturut-turut yang tak pernah tercipta sejak akhir November lalu, sementara indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik kembali ke posisi diatas level 7.000 untuk pertamakalinya sejak 27 Februari.
Setelah mencapai titik resisten di sekitar level 715 pada perdagangan Rabu, indeks acuan S&P 500 ditutup diatas level 750 pada perdagangan Kamis, sebuah level penting yang memberi jalan bagi pembalikkan indeks yang sempat terhempas bulan lalu ke level terendah selama 12 tahun terakhir dan satu kecenderungan menguatnya ambang bawah pasar.
Faktor tidak menyenangkan lainnya yang merusak pembalikan harga terakhir ini adalah kenyataan bahwa indeks volatilitas CBOE Volatility yang juga disebut 'ambang takut Wall Street, tetap bergerak di kisaran 40 dan pada satu kisaran dimana upaya pemulihan pasar sebelumnya berada dalam kondisi paling membimbangkan sejak November lalu.
Tambahan, para analis mencatat bahwa selisih (spread) "yield" tinggi masih tetap lebar, demikian juga spread kredit jangka pendek yang merangkak kembali, dan volume modal bertambah lagi pada Selasa dan Kamis.
Meskipun demikian, para analis lainnya mengatakan bahwa kenaikan harga selama tiga hari berturut-turut ini bisa saja berbalik arah dan bukan merupakan periode berberlanjutan.
"Ini adalah kenaikan harga yang berlangsung dalam konteks pola pembangunan basis pasar yang kita buat selama enam bulan terakhir," kata Marc Pado, kepala analis pasar AS pada Cantor Fitzgerald & Co di San Francisco. (*)
Sumber: Reuters
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009