Kontribusi Grup Pertamina, termasuk Pertamina EP (PEP) diharapkan signifikan sehingga menjadi backbone untuk pencapaian target 1 juta barel minyak per hari (BOPD) produksi nasional pada 2030.
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) fokus meningkatkan produksi minyak dan gas bumi melalui penggunaan biaya secara efektif (cost effectiveness) di tengah tren penurunan harga minyak global.
Kontribusi Grup Pertamina, termasuk Pertamina EP (PEP) diharapkan signifikan sehingga menjadi backbone untuk pencapaian target 1 juta barel minyak per hari (BOPD) produksi nasional pada 2030.
"Kami tetap fokus melaksanakan work program dan budget (WP&B) dan mengeksekusinya dengan catatan lebih concern, aware terhadap cost," ujar Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Pertamina EP catat tren pendapatan positif tiga tahun terakhir
PEP memproyeksikan tahun ini produksi minyak rata-rata 85.000 BOPD. Ini berasal dari PEP Asset 5 sebesar 18.478 BOPD, PEP Asset 2 sebesar 17.985 BOPD, PEP Asset 4 sebesar 16.403 BOPD, PEP Asset 1 sebesar 14.624 BOPD dan PEP Asset 3 sebanyak 13.656 BOPD serta Business Partnership 3.853 BOPD.
Gas diproyeksikan sebanyak 932 MMSCFD. Target produksi ini berasal dari PEP Asset 2 sebesar 362 MMSCFD, PEP Asset 3 sebesar 279 MMSCFD, PEP Asset 4 sebear 170 MMSCFD, dan PEP Asset 1 sebesar 90 MMSCFD. Sisanya berasal dari PEP Asset 5 sebesar 16 MMSCFD dan Business Partnership 15 MMSCFD.
Menurut Nanang, kondisi perekonomian dunia saat ini sulit sehingga harga minyak ikut tertekan. Pada perdagangan Selasa (10/3), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat menembus 27,2 dolar AS per barel kendati naik kembali. Pada Rabu (11/3), harga WTI sudah naik lagi menjadi 35,43 dolar AS per barel dan Brent 38,6 dolar AS per barel.
Tren harga minyak saat ini belum bisa ditentukan apakah akan berlangsung lama, pendek atau akan rebound. Kondisi ini diperparah dengan wabah virus corona atau COVID-19 yang melanda beberapa negara terutama China. Tapi Nanang masih optimis jika harga minyak nantinya akan naik lagi.
Nanang mengatakan saat ini adalah momentum yang menantang bagi industri hulu migas. Dalam kondisi tersebut, PEP dan KKKS diuji dengan kondisi supaya tetap bertahan.
"Strateginya adalah tetap utamakan keselamatan kerja plus cost effectiveness, baru yang lainnya," ujar Nanang saat video conference dengan seluruh jajaran perseroan di Jakarta, Rabu (11/3) sore.
Baca juga: Produksi Pertamina EP naik, SKK Migas beri apresiasi
Nanang optimistis PEP bisa melalui masa sulit akibat penurunan harga minyak dunia yang terjadi dengan sangat cepat dalam beberapa hari terakhir. Apalagi PEP memiliki pengalaman operasi di tengah rendahnya harga minyak sehingga kondisi saat ini bukan hal yang terlalu mengejutkan. PEP telah menyiapkan strategi jika kondisi anjloknya harga minyak terus berlangsung dalam waktu yang tidak lama.
Dia meminta para field manajer (FM) dan general manager (GM) sebagai perpanjangan tangan manajemen PEP untuk melakukan efisiensi beberapa program yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi produksi.
PEP tetap menjalankan WP&B dengan pelaksanaan seefektif mungkin. Tidak ada pembatasan biaya sepanjang setiap biaya yang dikeluarkan berdampak pada peningkatan kinerja, produksi, cadangan, Health Safety Security Environment (HSSE), dan lainnya.
"Hal-Hal yang tidak berhubungan dengan produksi dan peningkatan cadangan dan sebagainya, ya kita tidak lakukan," katanya.
Nanang mencontohkan target 108 sumur pengembangan PEP tahun ini hingga completion, bukan hanya sampai tajak. Hal ini dikarenakan hasil dari pemboran sumur tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian angka produksi yang sudah ditetapkan pada tahun berjalan.
Pemboran yang dilakukan di awal, tengah dan akhir tahun akan menghasilkan kontribusi yang berbeda. Karena itu, manajemen PEP minta pengeboran sumur pengembangan dilakukan secara agresif di awal tahun supaya kontribusinya panjang.
Kegiatan eksplorasi juga sama. Menurut Nanang, ada 11 sumur selesai sampai completion. FM dan GM harus mengalkulasi sumber daya yang didapatkan (2C) dari hasil kegiatan eksplorasi, termasuk survei seismik 2D dan 3D dijalankan.
"Anda para GM dan FM adalah leaders, harus bedakan critical, urgent, penting, dan mana yang biasa. Kita akan hadapi itu. Selalu harus pertimbangkan dampaknya yang cepat, besar dan murah tentu saja,” ujarnya.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020