Semarang (ANTARA News) - Pertumbuhan peserta Keluarga Berencana (KB) secara nasional masih rendah karena selama lima tahun terakhir hanya mencapai satu persen, kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief.

"Kesertaan KB ini diukur dengan prevalensi pemakaian alat kontrasepsi yang hanya menunjukkan peningkatan satu persen selama lima tahun," ujarnya ketika mengikuti Rapat Koordinasi Daerah Program KB Nasional Provinsi Jateng di Gedung Gradhika Semarang, Kamis.

Selain itu, kata dia, Unmet need (kelengkapan untuk menahan kelahiran yang tak dapat dipenuhi) yang diharapkan pada akhir 2009 sekitar 6 persen, ternyata pada 2007 masih tetap 9,1 persen.

Rendahnya pertumbuhan peserta KB tersebut juga diperkuat dengan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yang menunjukkan program KB Nasional mengalami stagnasi, mengingat angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) secara nasional pada 2007 sama dengan 2003 sebesar 2,6.

Kesenjangan di setiap provinsi juga sering terjadi, mengingat ada beberapa provinsi yang mengalami kenaikan TFR dan penurunan prevalensi penggunaan kontrasepsi (CPR).

Hal ini, katanya, berpotensi menimbulkan ledakan kelahiran atau "baby boom" dan semakin banyak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.

Di samping itu, pertumbuhan penduduk tanpa diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi juga akan meningkatkan angka pengangguran dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Kepala BKKN Jateng Sri Murtiningsih mengatakan angka TFR di Jateng 2007 meningkat menjadi 2,3 dibanding 2003 yang hanya sebesar 2,19.

Kenaikan TFR tersebut, dipicu oleh turunnya jumlah peserta aktif pemakai kontrasepsi (CPR) dari 65 persen pada 2003 menjadi 63 persen pada 2007.

Angka kenaikan tersebut perlu diwaspadai meskipun masyarakat Jateng menganut pola jumlah anak ideal yang diinginkan mengalami penurunan dari 2,8 anak menjadi 2,6 anak pada 2007.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mempertanyakan kinerja petugas mengingat pertumbuhan program KB yang hanya satu persen selama lima tahun.

"Angka satu persen tentu angka yang terlalu kecil dan bisa mengindikasikan petugasnya tidak bekerja maksimal," ujarnya.

Padahal pertumbuhan program KB berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. "Agar program KB berhasil, masyarakat harus menjadikan KB sebagai tekad budaya untuk mewujudkan keluarga kecil sejahtera," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009