"Diakui memang sulit untuk memverifikasi masih adanya nepotisme di TNI, tetapi sejak 1998 secara sistematis itu sudah berkurang dan hanya bersifat sporadis," katanya, usai penutupan seminar internasional "Indonesia 2025: Geopolitical and Security Challenges" di Jakarta, Kamis.
Pada Rabu (11/3) malam, dalam peluncuran bukunya, mantan Danjen Kopasus Sintong Panjaitan mengemukakan, praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) telah merusak seluruh sendi kehidupan bangsa, termasuk TNI pada rezim Orde Baru.
Sintong mengungkapkan, pada era 1980-1990-an kehidupan ABRI selain kental dengan korupsi dan kolusi, nepotisme juga berperan besar dalam merusak organisasi dan kesatuan komando.
Menurut Juwono, praktek KKN di tubuh TNI lambat laun berkurang secara sistematik. Misalnya, Dephan/TNI telah berupaya untuk menguranginya, khususnya dalam hal rekrutmen dan pengadaan.
Pengawasan dan pelaksanaan rekrutmen dan pengadaan, tambah dia, sudah dilakukan sedemikian rupa oleh Irjen Dephan, Irjen TNI dan Irjen masing-masing angkatan.
Juwono menilai, maraknya praktek KKN pada saat Orde Baru dikarenakan tuntutan masa itu, di saat pemerintahan sangat sentralistik.
"Sesuai dengan kebutuhan, di masa itu diperlukan satu kepemimpinan `top down` yang kuat. Tetapi sekarang, sejak Mei 1998, justru lebih terbuka dan transparan masalahnya," tuturnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009