Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mempercayai iklan kampanye politik di media massa, khususnya televisi, cukup efektif mendongkrak perolehan suara pada pemilu mendatang.
"Berdasarkan penelitian internal Golkar, kegiatan memasang baliho atau atribut partai hanya akan mendongkrak sekitar 4-5 persen suara, tetapi kalau sudah memasang iklan di media elektronik dan cetak, pengaruhnya sangat besar," kata Ketua DPP Partai Golkar Burhanuddin Napitupulu dalam satu diskusi di Jakarta, Kamis..
Sasaran iklan kampanye politik di media massa lebih jelas, yaitu para pemilih wilayah perkotaan, terutama yang belum menentukan pilihan atau para pemilih yang berniat beralih ke partai lain.
"Di perkotaan, iklan politik itu tidak bisa dinomorduakan, pasti ada nilai tambahnya bagi partai," ujarnya.
Hal senada diutarakan Sekretars Jenderal PKS M Anis Matta yang mengungkapkan alasan PKS memasang iklan politik, khususnya di televisi, karena menyadari pentingnya iklan politik.
"Pada Pemilu 1999, hampir semua parpol baru tidak memiliki banyak uang untuk beriklan dan belum menyadari pentingnya iklan politik," katanya.
PKS, lanjutnya, telah menemukan fakta-fakta objektif bahwa struktur partai yang dimilikinya tidak akan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Tanah Air.
Ia menyebut, kader potensial PKS pada 1999 sekitar 30 ribu orang, pada 2004 sekitar 400 ribu orang dan kini sudah mencapai angka 800 ribu orang yang tersebar di 471 kabupaten dan kota di Indonesia.
"Meski jumlah kader dan jaringan terus bertambah pesat, namun kami sadar jangkauan struktur tidak pernah bisa menyaingi jangkauan televisi, sehingga kesadaran perlunya iklan sangat tinggi," katanya.
Seperti halnya Partai Golkar, demikian Anis, iklan politik PKS menyasar pemilih yang belum memutuskan pilihannya.
"Jumlahnya lumayan besar sekitar 48 persen. Dengan iklan itu, PKS berharap, Pemilu 2009 bisa mengubah posisi PKS dari partai tengah menjadi partai besar," katanya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009