Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi menilai perbankan nasional masih memungkinkan menurunkan suku bunga seiring berlanjutnya pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).
"Penurunan suku bunga bank masih terbuka karena kondisi perbankan yang saat ini kelebihan likuiditas," kata Sofyan kepada ANTARA, di Rabu.
Ia menjelaskan, dengan penurunan suku bunga diharapkan dapat menjadi pemicu bergeraknya sektor riil di tengah dampak krisis keuangan global yang semakin terasa.
Pada Rabu (4/3), BI kembali menurunkan suku bunga 50 basis poin menjadi 7,75 persen dari sebelumnya 8,25 persen. Adapun penurunan BI Rate tersebut merupakan yang ketiga kalinya sejak awal tahun 2009.
Sofyan menilai, meski bank sentral telah menurunkan suku bunga namun perbankan
masih saja enggan merealisasikan penurunan suku bunga pinjaman secara menyeluruh.
Menurutnya, perbankan saat ini masih pada posisi kelebihan dana yang ditempatkan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
"Mereka (perbankan) tidak masalah menurunkan suku bunga karena kelebihan dana yang ditempatkan di instrumen SBI terus meningkat hingga Rp200 triliun," katanya.
Ia berpendapat, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi memberikan kelonggaran suku bunga demi mendorong dunia usaha sehingga mengurangi potensi kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan.
"Supaya NPL mereka tidak meningkat, dan dunia usaha dapat bergerak akan mendorong bergulirnya roda ekonomi," katanya.
Saat ini katanya, perbankan masih mengambil selisih bunga yang masih tinggi pada posisi bunga pinjaman sebesar 15 persen.
"Sebenarnya spread (selisih bunga) tidak bisa melebihi 4-5 persen," tegasnya.
Ia berpendapat dengan situasi saat ini di bawah bayang-bayang dampak krisis keuangan maka BI Rate masih memungkinkan menurunkan suku bunga 5-6 persen, sehingga suku bunga kredit perbankan berkisar 11-12 persen.
Menurutnya, sejumlah negara bahkan telah menurunkan suku bunga acuan pada level yang sangat rendah sekitar 1-2 persen.
"Karena itu, kalau penurunan BI Rate langsung direspon perbankan, bukan tidak mungkin sektor riil bisa bergerak leluasa, selain mempertahankan perusahaan dari badai krisis juga setidaknya dapat menahan gejolak PHK," katanya.
Untuk itu ujarnya, pemerintah harus mencari kebijakan yang mampu menggerakkan tidak saja sektor riil tetapi dunia usaha secara keseluruhan sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga minimal level 3 persen.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009