Jakarta (ANTARA News) -Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)memperkirakan, pertumbuhan ekspor nasional pada 2009 minus enam persen. "Pertumbuhannya (ekspor) negatif sekitar enam persen, karena akan ada dua penurunan yaitu volume dan harga. Semuanya termasuk ekspor migas atau ekspor barang dan jasa," kata Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan untuk sektor nonmigas potensi penurunan penerimaan ekspor sekitar 20 persen atau 21,6 miliar dolar AS dibandingkan tahun 2008 yang mencapai sekitar 108 miliar dolar AS satu tahun. Bambang menjelaskan, jatuhnya ekpor Indonesia karena semua negara tujuan ekpor mengalami resesi ekonomi akibat krisi global saat ini sehingga hampir tidak ada pasar luar negeri yang dapat dijadikan tujuan ekspor. "Negara-negara Macan Asia tak ketinggalan mengalami resesi.Thailand sudah di dalam prospek pertumbuhan negatif satu persen, di Singapura pemerintahnya menyatakan pertumbuhan negatif, jadi negara-negara Macan Asia memperkirakan pertumbuhan negatif, mereka adalah pasar ekspor kita yang cukup potensial," katanya. Menurut dia suramnya perekonomian di dunia tersebut, membuat masyarakat semua negara mulai mengurangi tingkat konsumsi mereka untuk berjaga-jaga. Hal inilah yang sekaligus menjelaskan, perlambatan sektor pariwisata, lanjutny6a, meskipun Indonesia karena nilai tukarnya melemah terhadap dolar sehingga dinilai murah untuk berwisata, namun karena adanya kesuraman ekonomi membuat masyarakat luar negeri menunda hal itu karena prinsip kehati-hatian. Sementara itu, dampak dari anjloknya ekspor tersebut tidak bisa serta merta dikompensasi oleh adanya stimulus ekonomi di dalam negeri. "Ini (anjloknya ekspor) tidak hanya masalah nominal tapi ada masalah, ada pengaruh dari dropnya ekspor yang tidak bisa dikompensasi," katanya. Ia mencontohkan, misalnya adalah pekerjaan atau tenaga yang sifatnya formal dan produktif, yang dulu merupakan bidang spesifik di industri ekspor yang tidak diperpanjang lagi karena kontrak ekspornya habis. Mereka tidak bisa serta merta digantikan langsung oleh pemerintah melalui stimulus kecuali mereka yang ketrampilannya sesuai dengan program stimulus. Kemudian, besar investasi yang telah dikeluaran tidak bisa digantikan oleh stimulus dalam APBN. "Mereka yang menganggur karena turunnya ekpor tidak bisa langsung masuk ke dalam sektor produktif lainnya, itu memerlukan waktu," katanya. Sementara itu, Bambang mengatakan pada 2009, meski terjadi pperlambatan, namun investasi tetap tumbuh positif sebesar lima persen. "Investasi riil kita akan melambat dari pertumbuhan 11,9 persen pada 2008, diperkirakan tumbuh lima persen," katanya. Ia menjelaskan, turunya investasi tersebut juga diakibatkan oleh ekpektasi dan prospek yang masih suram dari perekonomian di seluruh negara.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009