"Dengan kolaborasi IBM dan NetApp, klien akan lebih percaya diri untuk menggunakan produk kami karena didukung oleh dua perusahaan besar," kata Country Manager IBM Systems and Technology Group, IBM Indonesia, Fetra Syahbana didampingi Country Manager NetApp Indonesia, Steven Law, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Country Manager NetApp Indonesia, Steven Law mengatakan, dengan kolaborasi ini, pihaknya mengharapkan adanya peningkatan pertumbuhan bisnis NetApp minimal 50 persen.
"NetApp sendiri menargetkan pertumbuhan 30-50 persen, dengan kolaborasi kita menargetkan minimal pertumbuhan 50 persen," kata Steven.
Sedangkan tingkat belanja TI untuk penyimpanan data di Indonesia tahun ini, katanya, mencapai 50 - 60 juta dolar AS per tahun.
"Tahun sebelumnya tingkat belanja TI untuk penyimpanan mencapai 70 - 80 juta dolar AS, tahun ini ada penurunan karena krisis," katanya.
Dia memprediksikan belanja TI untuk penyimpanan data akan naik enam kali lipat pada 2012 menjadi 300 juta dolar AS.
IBM dan NetApp bekerjasama untuk menjual storage seri N yang dirancang untuk mengelola data dan storage kelas perusahaan besar (enterprise) dengan harga mulai 50 ribu dolar AS per terabyte.
Mereka mengklaim pelanggan akan mendapatkan infrastruktur storage yang disederhanakan, terintegrasi dan handal, dengan biaya pemeliharaan yang lebih rendah dari solusi bermerk IBM yang berbasis NetApp (TM) Unified, Fibre Channel (SAN), open network attached storage (NAS) dan iSCSI/IP SAN.
Steven mengklaim IBM seri N mempunyai keuntungan antara lain teknologi ruang yang lebih efisien, mengurangi belanja TI sampai 47 persen, mengurangi sampai 50 persen rak penyimpanan , 52 persen lebih hemat energi dan 51 persen lebih rendah panas.
IBM penyimpanan seri N mempunyai Efficient Disaster Recovery untuk lingkungan virtual dan Dramatically Lower Physical Storage Costs.
Dengan kolaborasi ini, Steven berharap IBM dan NetApp bisa menjadi penyedia storage paling utama di Indonesia. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009