Proses penurunan penumpang dimulai pada Senin (9/3), beberapa jam setelah kapal pesiar Grand Princess berlabuh di terminal yang diamankan secara khusus di seberang Teluk San Francisco di tengah sorak-sorai para penumpang yang lelah usai menghabiskan berhari-hari di laut hanya berada di dalam kabin mereka.
Menjelang tengah hari Selasa, hampir 700 penumpang yang mengenakan masker telah meninggalkan kapal dalam kelompok-kelompok kecil, dikawal oleh personnel yang mengenakan peralatan pelindung penuh ke bus-bus sewaan.
Dalam konferensi pers di Sacramento, ibu kota negara bagian California, Gubernur Gavin Newsom mengatakan ia berharap untuk menurunkan total 2.400 penumpang dari kapal dalam waktu 72 jam.
Menurut rencana, 1.100 anggota awak, kecuali mereka yang membutuhkan perawatan medis segera, akan tetap berada di atas Grand Princess ketika meninggalkan pelabuhan untuk masa karantina selama dua minggu di laut.
Tetapi Newsom mengatakan kepada wartawan bahwa beberapa anggota kru, banyak diantaranya warga Filipina, mungkin akan dipulangkan ke negara asal mereka.
Diantara orang-orang pertama yang turun dari kapal itu adalah 26 warga AS yang dibawa dengan ambulans ke rumah sakit di sekitar kawasan itu, termasuk dua penumpang yang didiagnosis dengan virus corona selama pengujian di kapal minggu lalu yang juga menemukan 19 anggota awak terinfeksi, kata Newsom.
Princess Cruises, operator pemilik kapal, mengatakan anggota kru itu dianggap tidak menunjukkan gejala dan diharuskan tetap berada di kabin masing-masing.
Karantina di Pangkalan Militer
Semua penumpang AS yang tersisa di kapal itu akan diuji setelah tiba di fasilitas karantina di salah satu dari empat pangkalan militer, yakni dua di California dan dua lain masing-masing di Texas dan Georgia.
Sebanyak 232 warga Kanada, kelompok terbesar penumpang non-AS di kapal tersebut, dipulangkan pada Senin, kata Newsom.
Grand Princess ditolak masuk ke Teluk San Francisco pekan lalu, dalam perjalanan pulang dari Hawaii karena pihak berwenang mengetahui beberapa penumpang dan awak mengalami gejala mirip flu, dan bahwa penumpang dari pelayaran sebelumnya menuju Meksiko di atas kapal yang sama telah dites positif terinfeksi virus corona. Sejak itu, setidaknya 12 kasus telah dikaitkan dengan perjalanan sebelumnya ke Meksiko.
Peralatan media untuk diagnosis diterbangkan ke kapal itu dengan helikopter pada keesokan harinya untuk menguji mereka yang sakit. Sebanyak 21 hasil tes positif pada Jumat pekan lalu merupakan salah satu kelompok terbesar dari kasus yang tercatat di AS.
Namun butuh waktu hingga Minggu untuk memutuskan strategi kembali ke pelabuhan dan rencana karantina untuk kapal.
Princess Cruises juga memiliki Diamond Princess, yang dikarantina di Jepang pada Februari. Sekitar 700 orang di kapal itu terinfeksi, dan enam orang tewas, dalam krisis yang menurut para ahli salah penanganan oleh birokrat Jepang.
Newsom, mengutip nasihat dari para ahli kesehatan masyarakat, mengatakan orang tua dan individu dengan masalah kesehatan kronis yang dianggap dua kelompok paling rentan terhadap penyakit serius jika terinfeksi oleh virus corona, harus menghindari naik kapal pesiar.
Princess, sebuah unit operator pelayaran terkemuka dunia Carnival Corp, mengatakan pada Senin bahwa penumpang pelayaran nahas ke Hawaii akan menerima pengembalian uang untuk semua biaya yang terkait dengan perjalanan.
Setidaknya satu pasangan di atas Grand Princess menggugat perusahaan bahkan sebelum mencapai darat, menuntut ganti rugi lebih dari 1 juta dolar AS untuk trauma emosional yang mereka alami.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kanada pulangkan warganya dari Grand Princess yang terjangkit corona
Baca juga: KJRI San Francisco terus pantau kondisi 57 WNI di kapal Grand Princess
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020