Brisbane (ANTARA News) - Setelah ditempatkan di kamar mayat Pengadilan Koroner Sydney selama 17 hari, jenazah Tonni Musa Sirait akhirnya dapat segera dikirim ke Jakarta setelah KJRI Sydney dan pihak keluarga berhasil mengumpulkan total biaya pengurusan dan pengiriman jenazah warga Indonesia asal Toba Samosir ini.
Sekretaris I/Konsul Fungsi Kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, Selasa malam, mengatakan, jenazah Tonni akan dikirim ke Jakarta paling lambat pada 16 atau 17 Maret.
"Alhamdulillah, total biaya empat ribu dolar yang kita perlukan untuk pengurusan jenazah Tonni sudah terkumpul. Separuh dananya merupakan sumbangan KJRI dan staf, sedangkan sisanya berasal dari pihak keluarga mendiang Tonni," katanya.
Edy mengatakan, dari total dana itu, sebesar 3.000 dolar merupakan biaya bagi "funeral service" (perusahaan pelayanan pemakaman-red.), sedangkan 1.000 dolar sisanya merupakan biaya pengiriman jenazah (kargo).
"Pihak keluarga Tonni di Jakarta sudah mengirim uang sebesar 15 juta rupiah ke KJRI Sydney hari ini. Besok (Rabu) kita akan langsung berkoordinasi dengan `funeral service` dan pihak-pihak terkait lainnya untuk merampungkan pengurusan jenazah," katanya.
Pihak KJRI Sydney, lanjut Edy, sudah menegaskan kepada pihak keluarga bahwa jenazah akan dikirim hanya sampai Jakarta.
"Kita harapkan pihak keluarga dapat mengatur kepulangan jenazah dari Jakarta hingga ke kabupaten Toba Samosir," katanya.
KJRI Sydney terbantu dalam biaya pengiriman yang hanya sebesar seribu dolar Australia berkat bantuan Norman Ambarita, orang Indonesia yang kebetulan memiliki jasa pengiriman kargo bernama "MTC".
Mengenai maskapai penerbangan yang akan membawa jenazah warga negara Indonesia yang merantau ke Australia sejak 15 tahun lalu dengan hanya berbekal visa kunjungan tiga bulan ini, Edy mengatakan, ia belum mengetahuinya namun pihak keluarga akan diberitahu segera setelah ada kejelasan.
Edy mengatakan, pihaknya juga memberi apresiasi kepada Pengurus Pusat Generasi Muda Parsadaan Simanjuntak Sitolu Sada Ina (GM-PSSSI&B) yang berinisiatif melakukan gerakan solidaritas melalui "Dompet Peduli Keluarga Almarhum Tonni Musa Sirait".
"Silahkan saja diteruskan penggalangan dana bantuan itu karena mendiang Tonni memang tidak punya apa-apa. Semoga dana yang terkumpul itu dapat meringankan beban keluarga dan membantu keluarga memakamkan jenazah Tonni di kampung halamannya secara layak," kata Edy.
Pemuda Tapanuli Utara kelahiran 17 Juni 1965 ini meninggal di tempat kerjanya 22 Februari namun polisi negara bagian New South Wales (NSW) baru memberitahu KJRI Sydney 6 Maret lalu.
Hingga akhir hayatnya sejak merantau ke Sydney tahun 1994, Tonni Musa Sirait bekerja apa saja untuk bisa bertahan hidup, termasuk menjadi pelayan honorer di sejumlah restoran dan kafe di kawasan Paddington.
Selama 15 tahun merantau itu, Tonni tidak memiliki barang-barang berharga apapun kecuali uang tunai senilai 50 dolar Australia yang ditemukan polisi di saku celananya, kata Edy.
Sejak meninggal, jenazahnya disimpan di kamar mayat "Koroner" Sydney. Berdasarkan keterangan polisi NSW, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh pemuda yang pernah kuliah di jurusan Sastra Jepang Universitas Dharma Persada Jakarta (1993) dan tinggal di daerah Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur ini, katanya.
Dari peristiwa Tonni Musa Sirait ini, Edy berpesan kepada seluruh WNI yang berkunjung dan apalagi berdomisili untuk masa waktu yang panjang agar melapor diri segera setelah tiba guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kehilangan paspor, sakit, dan meninggal dunia.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009