Bogor (ANTARA News) - Fitnah yang selama ini terjadi, seperti tuduhan bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membawa aliran Wahabisme, dan anggapan tentang musuh bersama (common enemy) kaum tradisional dan budaya lokal, kini sudah tidak ada lagi, dengan telah tembusnya sekat-sekat yang selama ini ada.
Pernyatan itu dikemukakan Calon Anggota DPR RI dari PKS untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur 11 Drs Sapto Waluyo, MSc ketika
menghubungi ANTARA di Bogor, Selasa.
Sapto Waluyo berada di Kabupaten Bangkalan Madura, Jawa Timur pada acara "Dialog Ulama, Umara dan Umat: Mencari Model Kepemimpinan yang Melayani", dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Pendopo Kabupaten Bangkalan, yang dihadiri Bupati Bangkalan RKH Fuad Amin Imron.
Meski tuduhan dimaksud mulai pupus, menurut anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS itu, partainya tidak berkembang dengan memanfaatkan kondisi negatif, seperti terjadinya perpecahan di partai politik lain.
"Kami tidak ingin mengail di air keruh. PKS ingin bekerjasama dengan semua kelompok masyarakat. Karena itu, PKS merekrut tenaga muda Madura dari beragam latar belakang, termasuk kalangan 'Nahdhiyyin' (sebutan populer untuk warga Nahdlatul Ulama)," kata lulusan jurusan Hubungan Internasional Fisip Universitas Airlangga (Unair).
Sebagai bukti, katanya, dalam daftar calon anggota legislatif PKS terdapat cukup banyak tokoh kiai muda dan aktivis organisasi NU,
Muhammadiyah, Persis dan sebagainya.
Menurut Sapto Waluyo, pada kesempatan itu Bupati Bangkalan RKH Fuad Amin Imron menyatakan bahwa suasana politik di "Pulau Garam" itu tampak semakin bergairah, antara lain ditandai kiprah dakwah PKS yang menembus sekat-sekat tradisional.
"Saya mendukung berkembangnya PKS di Bangkalan, sebagaimana juga partai-partai lain. Sekarang masyarakat sudah semakin cerdas dan terbuka, tak lagi didominasi lagi satu kekuatan sosial-politik saja," kata Kiai Fuad yang masih tercatat sebagai Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bangkalan dan Ketua Dewan Syuro DPW PKB Jawa
Timur versi Abdurrahman "Gus Dur" Wahid itu.
Dengan nada berkelakar, Fuad melanjutkan, PKB sekarang seperti 'partai konflik berkelanjutan', tetapi memmbawa berkah, 'rahmatan lil alamin', dengan berkembangnya partai-partai lain, terutama PKS yang bergerak gesit.
"Saya kaget, keponakan saya sekarang jadi tokoh PKS," katanya merujuk pada tokoh yang dimaksud adalah KH Thoha Kholili (40 tahun), pengasuh Ponpes Al-Muntaha Al-Kholiliyah, yang juga menjabat Ketua Dewan Syariah Daerah PKS Bangkalan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009