Kalau perang, bencana nasional atau epidemi, itu serahkan kepada mesin dan algoritma.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Inovator 4.0 Budiman Sudjatmiko mengenalkan solusi penanganan permasalahan bencana, perang atau epidemi berbasis analisa data mahadata (big data analytic) dalam diskusi terkait Virus Corona (Covid-19), di Jakarta, Selasa malam.
"Untuk tiga hal, kalau perang, bencana nasional atau epidemi, itu serahkan kepada mesin dan algoritma. Serahkan kepada big data saja deh," kata Budiman dalam diskusi yang turut mengundang para pakar dan akademisi tersebut.
Menurut Budiman, penanganan mesin dan algoritma yang dilakukan dalam big data analytic akan memunculkan subjektivitas baru yang akan lebih objektif daripada subjektivitas manusia yang dilakukan secara analog.
Ia mengklaim bahwa big data analytic itu menghasilkan sesuatu yang objektif karena berbasis data dan memakai ilmu matematika.
"Apa itu yang objektif. Ya data. Apa itu yang objektif. Ya matematika," kata Budiman.
Dia mencontohkan dengan apa yang dilakukan aplikasi kesehatan, misalnya seperti aplikasi yang ada pada ojek dalam jaringan (online).
Menurut aktivis 98 itu, aplikasi tersebut lebih dapat dirasakan masyarakat ketimbang apa yang dilakukan oleh kementerian/lembaga, karena penggunaan big data analytic tadi, sehingga yang dilakukan lebih tepat sasaran.
Karena itu, terkait Virus corona (Covid-19), Budiman meminta pemerintah perlu menerapkan big data analytic tersebut, agar dapat menghindari kepanikan akibat informasi yang salah (hoaks).
Baca juga: Mantan Dirjen Pajak dorong optimalisasi big data bagi penerimaan pajak
Namun, kata dia lagi, terlebih dulu pemerintah harus siap membuka ruang 'debat' seluas-luasnya, agar ide dan gagasan baru bisa muncul serta dapat diolah secara algoritma menjadi big data oleh kementerian/lembaga.
"Debat tatap muka ya, bukan debat jempol. Debat tatap muka ini tradisi yang hilang di Indonesia. Kebebasan berpendapat kita hanya diisi oleh pidato dan monolog. Enggak boleh. Kita harus mengisi dengan debat, karena dengan debat, orang itu menguliti suatu permasalahan sampai sedalam-dalamnya," ujar Budiman.
Hadir pula dalam diskusi tersebut Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Herawati Sudoyo.
Menurut Herawati, informasi yang salah (hoaks) soal Virus Corona bisa dipercaya masyarakat, karena pemerintah memberikan informasi yang membingungkan.
Informasi yang membingungkan itu, karena penyampaian pemerintah soal Virus Corona tidak dikemukakan dengan baik kepada publik.
"Kebingungan dari publik itu yang membuat lebih percaya pada hoaks daripada percaya apa yang sebenarnya terjadi. Karena apa yang sebenarnya terjadi tidak dikemukakan kepada publik dengan baik," kata Herawati.
Baca juga: Wamenhan ingin "big data" kuat untuk pertahanan
Karena itu, dalam diskusi ini, Herawati berpandangan bahwa diperlukan kolaborasi-kolaborasi lintas sektoral baik itu antarinstitusi, antarlembaga, dan antarkementerian terkait sosialisasi Virus Corona.
"Kolaborasi itu yang harus kita buat dan harus kita gunakan. Bukan terus merasa sendiri-sendiri bisa melakukannya. Saya kira tidak mungkin. Indonesia perlu kolaborasi antarinstitusi, antarlembaga, dan antarkementerian," kata Herawati pula.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020