Washington (ANTARA News) - Negara-negara berkembang menghadapi penurunan pembiayaan keuangan antara 270 hingga 700 miliar dolar AS pada tahun ini, demikian temuan Bank Dunia dalam sebuah studi yang dipublikasikan Minggu. Hal itu juga merupakan peringatan bahwa institusi keuangan internasional itu sendiri tidak dapat menutup kekurangan tersebut.

Kekurangan dana tersebut terjadi "karena para kreditor sektor swasta menghindari pasar-pasar sedang tumbuh (emerging markets), dan hanya seperempat dari sebagian besar negara-negara yang mudah terserang tersebut memiliki sumber untuk mencegah meningkatnya kemiskinan, kata bank dalam sebuah pernyataannya.

Publikasi tersebut jelang pertemuan para menteri G20 yang terdiri dari negara-negara berkembang dan negara-negara industeri di London pada 13 dan 14 Maret, studi menemukan bahwa "institusi keuangan internasional sendiri saat ini tidak dapat menutupi kekurangan pembiayaan tersebut" untuk 129 negara berkembang.

"Kami perlu bertindak cepat terhadap berkembanganya krisis yang membuat orang di negara-negara berkembang menderita," kata Presiden Bank Dunia Robert Zoellick.

"Krisis global ini memerlukan sebuah solusi global dan mencegang sebuah bencana di negara-negara berkembang penting untuk upaya global mengatasi krisis ekonomi ini."

Zoellick, yang pada Februari menyerukan sebuah dana kepada setiap negara maju memberikan kontribusi 0,7 persen dari paket stimulus untuk membantu negara-negara miskin, mendesak lebih banyak investasi dalam jaring pengaman, infrastruktur dan usaha kecil menengah.

Bank Dunia mengungkapkan kembali proyeksinya kemungkinan ekonomi global tahun ini akan menyusut untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009