Semarang (ANTARA News) - Puluhan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Minggu, menggelar aksi mengkritik mahalnya biaya pendidikan, dengan menampilkan tokoh pewayangan Gatot Kaca yang diperankan oleh salah seorang peserta aksi.

Aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa yang juga tergabung dalam kelompok Bea Studi Etos Semarang tersebut digelar di kawasan Simpang Lima yang merupakan pusat keramaian di Kota Semarang.

Pembina Bea Studi Etos, Pariman mengatakan, masyarakat dari kalangan tidak mampu banyak yang batal mendaftar di perguruan tinggi karena mahalnya biaya pendidikan. "Padahal sebenarnya mereka berkeinginan untuk kuliah," katanya.

Ia mengatakan, sengaja menggelar aksi di kawasan tersebut, sebab kawasan Simpang Lima selalu dipadati ribuan orang yang menikmati liburan di hari minggu, sehingga aksi yang dilakukan akan menyita perhatian.

Selain menampilkan tokoh Gatot Kaca, lanjutnya, aksi simpatik lain dilakukan dengan menjual roti donat keliling Simpang Lima, sambil membawa kardus meminta sumbangan pada masyarakat sekitar.

Ia menjelaskan, hasil sumbangan dan keuntungan penjualan roti donat tersebut akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Aksi yang dilakukan tanpa menggelar spanduk tersebut juga bertujuan untuk menjelaskan pada masyarakat bahwa untuk menghadapi mahalnya biaya pendidikan dapat diatasi dengan berusaha mendapatkan beasiswa.

"Jadi, jangan menyerah dengan biaya pendidikan yang mahal, karena banyak beasiswa yang bisa didapatkan," kata mahasiswa Fakultas Psikologi Undip tersebut.

Sebab, katanya, banyak masyarakat miskin tidak tahu ada program-program beasiswa yang diberikan oleh berbagai pihak, salah satunya beasiswa dari Bea Studi Etos.

Agus Sugito, pembina Bea Studi Etos lain, mengatakan, tokoh Gatot Kaca tersebut sengaja dimunculkan karena memiliki nilai filosofi.

Ia mengatakan, saat ini masyarakat lebih menyukai tokoh-tokoh dalam sinetron dan kurang mengenal tokoh pewayangan.

Sehingga, lanjutnya, dengan menampilkan Gatot Kaca, masyarakat sadar bahwa ada tokoh yang lebih patut dicontoh, selain untuk menarik perhatian masyarakat terhadap aksi tersebut.

Agus mengatakan, pihaknya prihatin terhadap berbagai masalah pendidikan di Indonesia, antara lain fasilitas yang kurang memadai, biaya yang semakin mahal, dan kualitas lulusan yang masih rendah.

Selain itu, kompetensi lulusan banyak tidak sesuai dengan kebutuhan industri di dunia kerja, kata Agus.

"Menghadapi permasalahan pendidikan yang kompleks tersebut, pemberian beasiswa merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap dunia pendidikan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009