Fayyad, yang didukung kalangan Barat, mengumumkan bahwa ia akan turun dari jabatan bulan Maret sebagai upaya untuk mendukung perundingan antara dua faksi yang bersaing, Fatah dan HAMAS.
"Pemerintah ini telah menjalankan langkah yang hebat dengan menciptakan transparansi, tanggung jawab, dan keamanan yang semuanya penting untuk mencapai penyelesaian dua-negara," kata jurubicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Mike Hammer.
Awal pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton melakukan pertemuan dengan Fayyad --sosok penting dalam perencanaan pembangunan kembali Jalur Gaza yang didukung Barat-- untuk menyampaikan pesan soal dukungan bagi Pemerintah Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.
"Kami berharap pemerintah Palestina berikutnya akan meneruskan kemajuan ini, sejalan dengan prinsip-prinsip Kuartet dan konsisten dengan visi Presiden (Mahmoud) Abbas," kata Hammer. Ia merujuk kepada mediator Kuartet untuk masalah Timur Tengah, yang terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Perserikatan Bangsa Bangsa dan Uni Eropa.
Hammer mengatakan Amerika Serikat "tetap dengan tekadnya untuk mencapai penyelesaian dua-negara, Israel dan Palestina, yang hidup berdampingan dengan aman dan damai".
HAMAS mengeritik Fayyad telah melakukan penawaran kepada Amerika Serikat dan kekuatan lain Barat yang mendanai pemerintahnya di Jalur Gaza, yang diduduki Israel.
Setelah HAMAS mengalahkan Fatah --setelah mendominasi kekuasaan begitu lama-- melalui pemilihan parlemen pada tahun 2006, semua faksi tersebut membentuk pemerintah persatuan.
Namun koalisi itu menjadi kusut karena adanya berbagai masalah seperti cara mewujudikan pembicaraan perdamaian dengan Israel. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Komentar togog: Hebat karena mau menjadi komprador ISRAEL memangsa bangsa Palestina.