HO Chi Minh City (ANTARA News) -- Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Pitono Purnomo mendorong pengusaha Indonesia untuk melakukan ekspor industri ringan seperti elektronik, suku cadang mobil motor termasuk di dalamnya knalpot.
Sektor itu memiliki potensi bisnis cukup besar dalam meningkatkan devisa bagi Indonesia, kata Duta Besar Indonesia untuk Vietnam, Pitono, yang didampingi Konjen RI di Ho Chi Minh, Sunarmin di Ho Chi Minh City, Sabtu.
"Pengusaha Indonesia masih punya banyak peluang untuk melakukan ekspor ke Vietnam dalam industri ringan seperti suku cadang motor dan mobil," katanya.
Dikatakan, Kedubes Indonesia siap memberikan fasilitas pendukung ekspor bagi pengusaha Indonesia. Di antaranya adalah membiayai analisa pasar terkait industri ringan. Hal ini bertujuan agar pengusaha bisa mengetahui karakteristik dan kebutuhan pasar industri ringan di Vietnam.
"Ini karena barang-barang industri ringan di luar suku cadang, ada saingan dari Thailand dan China. Karena itu, survei sangat perlu," ujarnya.
Pitono juga menyebutkan, ekspor barang ringan itu dapat dilakukan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia, sehingga para UKM itu punya wawasan ekspor. Para pengusaha yang sudah besar, mereka sudah punya jaringan dan pendanaannya, oleh karena itu kita akan beri kemudahan kelompok UKM itu, tegas pitono.
Fasilitas lain yang siap disediakan Kedubes RI adalah membuka akses kepada berbagai pengusaha di Vietnam. Hal itu dilakukan dengan menghubungkan pengusaha Indonesia dengan Kadin setempat. "Bahkan, kalau perlu kita siap menyediakan penginapan di luar tiket," kata Pitono.
Pitono juga mendorong pengusaha Indonesia mau berinvestasi di Vietnam. Hal itu karena upah buruh di Vietnam cukup murah dan rendahnya angka kriminalitas. Selain itu, cukup kondusifnya keamanan di Vietnam juga didukung oleh hampir tidak adanya unjuk rasa. Ini menjadikan Vietnam sebagai negara tujuan investasi yang cukup aman dan menjanjikan.
Menurut Sales and Marketing Manager Namhoa Corporation Nguyen Thanh Hu, upah buruh di perusahaannya berkisar antara 75-110 dolar AS atau 900 ribu-1,32 juta rupiah per orang. Namhoa merupakan perusahaan produsen mainan kayu untuk ekspor ke berbagai negara dan memiliki 900 buruh saat ini.
Setiap tahun Namhoa mampu memproduksi sekitar 200 kontainer atau lima juta mainan yang terdiri dari 500 ribu item. Sekitar 40 persen produk diekspor ke Jepang, 30 persen ke Korea Selatan, 20 persen ke Eropa, dan sisanya ke AS dan pasar domestik.
Pitono meminta pengusaha Indonesia agar tidak masuk berinvestasi ke sektor pertanian di Vietnam. Hal itu karena pendapatan dari produk pertanian di negara sosialis ini lebih rendah dibandingkan Indonesia. Terlebih, berbagai jenis produk pertanian yang ada di Indonesia juga ada di Vietnam.
Sunarmin menambahkan, industri sepeda motor cukup menjanjikan di Vietnam. Hal itu karena sangat banyak pengguna sepeda motor di negara itu. Sebagai contoh di Ho Chi Minh City, saat ini terdapat 6,8 juta penduduk. Sedangkan, jumlah pemilik sepeda motor di kota ini mencapai 3,4 juta jiwa.
Berdasarkan data Konjen RI, total perdagangan Indonesia dan Vietnam tahun lalu mencapai 2,5211 miliar dolar AS. Ekspor dari Indonesia ke Vietnam 2008 tercatat sebesar 1,728 miliar dolar AS atau naik 27,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, impor dari Vietnam ke Indonesia tahun lalu tercatat sebesar 793,1 juta dolar AS atau turun 28 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Data Konjen juga menyebutkan, Ho Chi Minh City merupakan kota terbesar di Vietnam dan berada di sebelah selatan Vietnam dekat delta Mekong.
Sebagai kota bisnis utama di Vietnam, pemerintah pusat menempatkan perangkat pemerintah yang kuat di Ho Chi Minh City, dimana tercatat adanya 15 kantor perwakilan kementerian negara, termasuk Kementerian Luar Negeri dan 25 kantor pelaksana kedinasan untuk melayani semua keperluan terutama yang berkaitan dengan pihak asing. Di HCMC juga terdapat 36 perwakilan asing tingkat Konsulat Jenderal dan Konsul Jenderal Kehormatan, disamping 17 asosiasi bisnis asing.
Ho Chi Minh City merupakan pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan utama di Vietnam dan memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi Vietnam. Pada 2008, pertumbuhan ekonominya mencapai 11 persen atau jauh melampaui pertumbuhan ekonomi Vietnam 6,23 persen. Sementara, produksi domestik bruto kota dan pendapatan per kapita kota ini tahun lalu mencapai 17,33 miliar 2.534 dolar AS. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009