Jakarta (ANTARA) - Muhammadiyah COVID-19 Command Center membuat program Sadar Faktor Risiko COVID-19 (Safari COVID-19) untuk mengajak masyarakat agar sadar tentang pentingnya mengetahui faktor-faktor risiko sehingga dapat melakukan pencegahan lebih dini.
"Jadi kita mendorong masyarakat untuk awas terhadap dirinya sendiri. Saya ini masuk golongan faktor risiko enggak? Kalau iya, maka apa yang harus saya perbuat?" kata Ketua Muhammadiyah COVID-19 Command Center dr. Corona Rintawan, SpEM, dalam konferensi pers di PP Muhammadiyah Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan melalui gerakan Safari COVID-19 tersebut, PP Muhammadiyah mengajak masyarakat untuk proaktif, tidak perlu menunggu terlambat, baru memeriksakan diri.
Masyarakat diajak untuk proaktif mencari tahu faktor-faktor apa saja yang dapat berisiko terkena virus SARS-COV-2, penyebab penyakit COVID-19, sekaligus mencari tahu cara mencegahnya.
Baca juga: Pelajar Muhammadiyah kampanyekan pencegahan COVID-19
Baca juga: Muhammadiyah siapkan rumah sakit tangani virus corona
"Artinya kalau dia sudah proaktif, dia tahu, maka dia juga tahu apa yang harus dilakukan," katanya.
Jika masyarakat sudah mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan penularan virus dan gejala-gejalanya, mereka bisa melapor ke Dinas Kesehatan terkait jika menemukan dirinya atau orang lain di sekitarnya memiliki gejala-gejala yang mengarah pada kemungkinan terkena COVID-19.
Kemudian, selain melapor ke Dinas Kesehatan terkait, masyarakat yang mengetahui dirinya memiliki faktor risiko yang dimaksud juga dapat mengurangi kemungkinan penularan ke orang lain dengan mengisolasi diri.
"Jadi kalau saya jadi faktor risiko, maka saya tidak akan ke tempat ramai, saya di rumah saja, saya akan menjaga kondisi, saya akan lebih sering cuci tangan dan upaya-upaya pengendalian lainnya," katanya lebih lanjut.
Melalui gerakan Safari COVID-19 tersebut, PP Muhammadiyah berharap pencegahan COVID-19 dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sebagai subjek pengendalian.
"Jadi Safari COVID-19 ini saya kira akan sangat membantu masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai subjek, tidak menjadi objek," katanya.*
Baca juga: RSPI pulangkan satu pasien dalam pengawasan terkait COVID-19
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Tanah Air berkurang dua
Baca juga: Terduga COVID-19 di Riau bertambah jadi delapan orang
Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020