Solo (ANTARA News) - Meski dampak krisis keuangan global masih menghantui perekonomian Indonesia pada 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap penurunan pertumbuhan ekonomi tidak terlalu dalam.
Menurut Presiden dalam sambutannya pada acara peresmian perluasan pabrik PT Sritex di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu, pemerintah berupaya agar penurunan pertumbuhan ekonomi 2009 tidak terlalu drastis.
Pada 2007, Presiden mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,36 persen dan pada 2008 karena sudah terkena dampak krisis turun menjadi 6,1 persen.
"Tahun ini pasti turun lebih rendah lagi. Mari kita sungguh bersatu, mari bersinergi pemerintah pusat-pemerintah daerah, pemerintah-swasta, pemerintah-masyarakat luas, untuk berikhtiar, berusaha agar kalau terjadi penurunan pertumbuhan tidak terlalu dalam sehingga tidak terlalu membawa kesulitan bagi rakyat," tutur Presiden.
Pemerintah dalam RAPBN 2009 telah mematok target pertumbuhan ekonomi pada 2009 sebesar 4,5 persen. Dalam kondisi krisis, Bank Dunia bahkan telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 akan berada pada skala minus.
Presiden dalam pidato di acara peresmian perluasan pabrik PT Sritex mengatakan pemerintah juga berupaya agar penurunan volume ekspor Indonesia tidak terlalu tajam.
Dalam beberapa kesempatan pertemuan dengan para kepala negara sahabat, termasuk dengan Presiden Korea Selatan dan para kepala negara Timur Tengah yang baru saja berkunjung ke Indonesia, Presiden telah berpesan kepada mereka agar tetap menjaga hubungan dagang dengan Indonesia meski negara-negara itu juga terkena dampak krisis keuangan global.
Sedangkan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi pada 2009, Presiden menuturkan, pemerintah akan menggunakan stimulus senilai Rp73 triliun yang sudah disetujui DPR.
Stimulus itu, kata Presiden, di antaranya akan digunakan untuk mencegah kebangkrutan sektor riil, menjaga daya beli masyarakat, dan memelihara keterjangkauan harga oleh masyarakat(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009