Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perdagangan menyiapkan opsi impor gula sebanyak 100.000-150.000 ton menyusul harga gula yang terus naik.
"Di beberapa daerah ada yang turun harganya tapi mayoritas masih bergeser naik, jadi memang pemerintah berpikiran untuk kemungkinan impor," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Depdag, Subagyo di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kepastian impor tinggal menunggu keputusan Menteri Perdagangan. "Tergantung menterinya,"ujarnya.
Subagyo memperkirakan keputusan impor gula seharusnya diumumkan dalam bulan ini mengingat tujuannya untuk mengamankan kebutuhan dan harga selama April-Mei. "Kalau dilakukan impor mestinya barangnya masuk sebelum akhir April," tambahnya.
Subagyo menjelaskan saat ini stok gula nasional hanya sekitar 400 ribu ton yang diperkirakan cukup untuk kebutuhan selama dua bulan ke depan (Maret-April).
"Kalau dari data itu memang cukup, dengan asumsi akhir April mau giling tebu, Mei gula sudah masuk pasar. Tapi 75 persen stok itu milik pedagang meski masih di gudang PTPN," tambahnya.
Subagyo menilai Operasi Pasar (OP) yang dilakukan oleh PTPN dinilai belum efektif mengingat harga gula masih terus naik.
"Sinyal itu (untuk impor) sudah kita berikan, kenaikan harga yang terjadi terus, proses OP yang mungkin belum efektif...tapikan kita tidak bisa menunggu sampai efektif," jelasnya.
Berdasarkan laporan yang diterimanya, Subagyo mengungkapkan hanya PTPN II yang sudah melakukan OP di wilayahnya di Sumatera dengan volume 20 ribu ton.
Menurut dia, impor yang akan dilakukan tidak akan lebih dari 200 ribu ton karena pemerintah tidak ingin impor mengakibatkan harga gula pertani tertekan.
"Kalau masuk April kan sebentar lagi panen tebu jadi harus diwaspadai agar jangan sampai impor terlalu mempengaruhi harga gula petani. Jadi blunder lagi nanti. Kuncinya di jumlahnya jangan sampai mengganggu harga petani,"paparnya.
Ia menambahkan volume impor gula diperkirakan sebanyak kebutuhan 2-3 minggu (100.000-150.000 ton). "Mekanismenya mengikuti SK 527," ujarnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009