Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Jumat sore, menguat 110 poin ke posisi 12.000/12.115 per dolar AS, dari penutupan hari sebelumnya 12.110/12.145 per dolar AS.

Analis Valas Bank Himpunan Saudara di Jakarta, Rully Nova, mengatakan, aksi beli terhadap rupiah menguat setelah pelaku pasar yakin bahwa pemerintah serius membangun pertumbuhan ekonomi dan siap menjaga kestabilan rupiah.

Kenyakian pelaku pasar didasari pada respon positif pasar modal terhadap obligasi yang diterbitkan pemerintah Indonesia yang juga ditawarkan di Jepang, sementara di dalam negeri obligasi itu mengalami oversubcribed (permintaan melebihi jumlah yang ditawarkan).

Pada Jumat siang, rupiah menguat ke level 12.030 per dolar, sebelum mencapai 12.000 pada sore ini.

"Kami optimis rupiah akan bisa mencapai di bawah angka 12.000 per dolar AS sebagaimana yang terjadi sebelumnya, karena meningkatnya cadangan devisa Bank Indonesia yang saat ini mencapai 53 miliar dolar AS dari sebelumnya 51 miliar dolar," katanya.

Menurut dia, membaiknya rupiah juga didukung oleh masuknya investor asing dari Timur Tengah, Qatar Telecom yang telah melakukan penawaran tender terhadap saham Indosat dan akan masuknya dana dari pengusaha menjelang pemilihan umum (Pemilu).

Kenaikan rupiah juga didukung sentimen positif turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 50 basis poin menjadi 7,75 persen dari 8,25 persen.

Penurunan BI Rate itu diharapkan akan mendorong perbankan juga menurunkan suku bunga kredit yang selama ini dikeluhkan pengusaha yang kesulitan untuk membayar hutangnya, tuturnya.

Ia mengatakan, apabila semua itu dapat dilakukan dengan baik, maka ekonomi nasional akan semakin tumbuh dan ini akan mendorong investor asing kembali ke pasar domestik setelah mereka menarik dananya di Indonesia.

"Kami optimis Indonesia kedepan akan tumbuh lebih dari perkiraan sebelumnya yang hanya tumbuh 4-5 persen," ucapnya.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009