Gaza City (ANTARA News) - Serangan-serangan udara Israel ke Gaza  pada hari Kamis telah menewaskan empat pejuang Palestina. Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton mengakhiri kunjungan pertamanya ke Timur Tengah dan berikrar akan meniupkan udara kehidupan dalam proses perdamaian.

Satu serangan udara di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah Kamis, menewaskan tiga gerilyawan Palestina dan mencederai dua pejuang lainnya, kata petugas medis.

Seorang jurubicara militer Israel mengatakan, serangan itu ditargetkan kepada satu kelompok yang menembaki instalasi ant- tank Israel.

Pada Rabu malam, suatu serangan udara menewaskan seorang komandan senior militer Jihad Islam, pada saat dia berkendaraan melewati kamp pengungsi Jabaliya di dekat Kota Gaza.

Tentara Israel melancarkan empat serangan terhadap Jalur Gaza Kamis malam sebagai balasan atas tembakan-tembakan roket dan mortir ke wilayahnya, kata  jurubicara militer .

"Pesawat tempur kami menghantam empat terowongan yang digali di bawah perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, dekat Rafah," katanya kepada AFP.

"Dari seluruh delapan roket dan dua mortir ditembakkan ke wilayah Israel Kamis."

Dalam pernyataan yang disiarkan di Gaza, Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Ilam Palestina, Kamis mengaku bertanggungjawab atas 10 serangan roket ke wilayah negara Yahudi itu.

Tidak ada korban dilaporkan dari serangan-serangan roket ke Israel itu, menurut militer Israel dan para petugas medis.

Ini adalah pukulan terakhir terhadap gencatan senjata yang diumumkan Hamas dan Israel 18 Januari. Gencatan senjata itu menghentikan bencana perang 22 hari yang dikobarkan negara Zionis tersebut.

Para pemimpin Israel telah berulangkali mengingatkan akan melakukan tindakan tegas dalam upayanya menghentikan serangan roket dari Jalur Gaza, setelah negara Yahudi itu mundur pada tahun 2005 sesudah mendudukinya selama 38 tahun.

Aksi kekerasan terakhir meletus hanya beberapa jam setelah Hillary meninggalkan Israel Rabu, sesudah dia menyelesaikan kunjungan pertamanya ke Timur Tengah sejak dia dipilih sebagai menlu AS oleh Presiden Barack Obama.

"AS berusaha mempercepat kondisi agar negara Palestina bisa diwujudkan sepenuhnya," kata Hillary setelah melakukan perundingan dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas di Tepi Barat yang diduduki. "Kapan saatnya adalah hal terpenting."

Dia menyerukan kepada Israel agar mengizinkan lebih banyak misi bantuan masuk ke Gaza, yang menderita berat akibat perang yang dilancarkan Israel pada 27 Desember, dalam merespon serangan roket gerilyawan Palestina di Gaza. Perang tersebut merenggut lebih dari 1.300 jiwa rakyat Palestina dan 13 warga Israel.

Israel menutup wilayah yang miskin itu secara total, kecuali barang-barang bantuan kemanusiaan pada Juni 2007, ketika Hamas, kelompok pejuang Palestina yang bersumpah akan menghancurkan Israel, mengambil-alih kekuasaan di wilayah tersebut setelah menyingkirkan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Abbas.

"Kami sangat prihatin atas penutupan pintu-pintu penyeberangan perbatasan itu. Kami ingin agar bantuan kemanusiaan bisa leluasa memasuki Gaza untuk mengurangi penderitaan rakyat di Gaza," kata Hillary.

Gaza adalah salah satu bagian dunia yang berpenduduk sangat padat. Lebih dari setengah juta dari 1,4 juta penduduknya berumur di bawah 18 tahun, dan mayoritas penduduk tergantung pada bantuan asing.

Hillary mengecam rencana-rencana Israel untuk memeratakan rumah-rumah di Jerusalem timur, yang dibangun tanpa izin pembangunan, yang dikenal menyulitkan bagi penduduk Palestina di kota itu.

"Terus terang tindakan semacam ini tidak membantu dan tidak memenuhi kewajiban sesuai yang diinginkan peta-jalan," kata Hillary, yang merujuk pada cetak-biru bagi perundingan-perundingan perdamaian yang disepakati oleh masyarakat internasional pada tahun 2003.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009