"Apa betul sekarang ini sudah ada Blok S (Susilo Bambang Yudhoyono), Blok M (Megawati Soekarnoputri) dan Blok J (Jusuf Kalla). Blok itu maksudnya apa, saya tidak percaya blok itu ada sekarang," katanya kepada wartawan di Cirebon, Jumat.
Menurut Sultan, jika blok yang dimaksud itu adalah koalisi maka koalisi yang sesungguhnya dapat dipastikan baru terbentuk setelah Pemilu Legislatif 9 April 2009.
"Jadi, blok-blok itu mungkin hanya manuver politik yang dihembuskan dalam bentuk isu-isu. Faktanya sekarang kan blok-blok itu belum ada," kata Gubernur DI Yogyakarta itu.
Hampir semua partai, katanya, baru memutuskan sikapnya berkoalisi setelah melihat hasil pemilu legislatif karena dari situ baru bisa dilihat "kekuatan" masing-masing parpol untuk mengusung capresnya.
Ia memperkirakan, setelah 9 April akan terjadi `pengerucutan` yang cepat karena pada 10 Mei 2009, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mulai membuka pendaftaran capres dan cawapres .
"Saat itulah akan ada "gerak cepat" dari kalangan parpol (untuk menentukan koalisinya)," katanya.
Sedangkan mengenai peluangnya menjadi capres Golkar, Sultan menyerahkannya pada keputusan Rapimnas Khusus Golkar yang akan dilaksanakan setelah pemilu Legislatif.
"Tunggu saja apakah saya nanti hanya sekadar jadi "vote getter" dalam pemilu legislatif atau tidak, nanti kita saksikan bersama keputusan Rapimnas Khusus," katanya.
Senada dengan Sultan, di tempat yang sama, Ketua DPP Partai Golkar Syamsul Muarif mengatakan, Golkar saat ini baru membangun komunikasi politik dengan parpol-parpol, dan belum sampai pada pembentukan blok atau koalisi.
Symasul Muarif mengatakan, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan sejumlah partai seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, PDI Perjuangan serta nanti dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan partai lainnya.
"Komunikasi politik itu tidak menghasilkan sesuatu yang final Ini baru semacam embrio, nanti keputusannya seperti apa, setelah mengetahui hasil pemilu legislatif," ujarnya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009