Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Front Persatuan Nasional (FPN) KH Agus Miftach menyerukan kepada jajaran umat Islam di seluruh Indonesia agar dalam menjalankan dakwah Islamiyah bersedia menyesuaikan diri dengan budaya Indonesia, yaitu dakwah dilaksanakan secara hasanah dan sejuk."Dakwah hendaknya mengutamakan komunikasi horizontal yang egaliter dan tentu saja akhlakul karimah," katanya di Jakarta, JumatPemimpin Jamaah Wahdatul Ummah itu mengatakan, dakwah dengan suasana yang sejuk, penuh persaudaraan akan membentuk keragaman bangsa Indonesia yang harmonis dan produktif, serta mewujudkan multikulturalisme. "Faktanya di era modern, tidak satupun Negara dibentuk oleh budaya tunggal, tetapi dengan multikulturalisme. Sebuah negara modern merupakan hasil kesepakatan semua unsur budaya yang berbeda sehingga bukan memaksakan kesamaan, namun menjunjung tinggi keragaman sebagai keniscayaan bersama," katanya Agus juga mengkritik dakwah dengan cara konvoi sepeda motor dengan menkibar-kibarkan bendera, tanpa memakai helm, karena tindakan demikian justru mencoreng wajah Islam. "Jika direnungkan dengan baik, Islam tidak memiliki watak brutal-barbarian yang keras, arogan dan terkesan berintelektual rendah. Sebaliknya Islam menjunjung tinggi moralitas, keilmuan, humanitas, solidaritas dan toleransi sebagai implementasi ketauhidan," ujarnya.Menurut Agus, merebaknya dakwah keagamaan yang bernuansa kekerasan dan melanggar ketertiban umum sungguh memprihatinkan. Hal tersebut bukan hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip moral keagamaan (akhlaqul karimah) tetapi dirasakan sebagai tindakan destruksi yang dapat mengganggu ketertiban dan ketenteraman umum. Namun demikian, Agus mengharapkan, langkah persuasif yang dikedepankan oleh pihak kepolisian terutama Polda Metro Jaya adalah tindakan yang signifikan, terutama dalam rangka meredam gejala gangguan kamtibmas.Agus menegaskan, dakwah keagamaan dijalankan dengan hasanah dan sejuk, mengedepankan solidaritas sosial dan toleransi sesama warga bangsa, akan menjadi sarana untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa. "Indonesia memiliki sistem nilai dan kebudayaannya sendiri yang luhur yang telah berusia lebih seribu tahun. Maka tidak mungkin bagi bangsa Indonesia untuk dipaksakan mengikuti budaya luar yang terbentuk dari psiko-antropologi dan kesejarahan mereka yang khas dan sempit," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009