PBB (ANTARA News/AFP) - Sekjen PBB Ban Ki-moon Kamis minta pada para pemimpin dunia untuk mengakhiri kekerasan terhadap wanita di negara mereka, dalam pidato menjelang Hari Wanita Internasional.

"Kekerasan terhadap wanita tidak dapat ditoleransi, dalam bentuk, dalam konteks dan dalam keadaan apa saja, oleh pemimpin politik atau pemerintah," kata Ban.

"Kita harus bersatu. Waktu untuk perubahan adalah sekarang. Hanya dengan berdiri bersama dan berbicara kita dapat membuat perbedaan," ia menambahkan, sebelum acara Minggu untuk menandai pencapaian-pencapaian ekonomi, politik dan sosial wanita.

Ia mengungkapkan bahwa di sekeliling dunia satu dari lima wanita telah menjadi korban perkosaan atau perkosaan yang diupayakan, dan bahwa di beberapa negara satu dari tiga wanita telah dipukuli atau menjadi sasaran beberapa macam aksi kekerasan.

"Kekerasan terhadap wanita adalah yang sangat dibenci. Saya ingin mengatakan hal itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Itu melawan apa saja dalam Piagam PBB," kata Ban.

"Ini mengkhawatirkan, ini harus dihentikan."

Ia memilih kesaksian yang ia dengar dari sejumlah wanita korban konflik di Republik Demokratik Kongo, yang mengatakan: "Saya terkejut...saya sedih hampir melebihi ungkapan. Saya juga sangat, sangat marah."

Ban baru saja kembali dari kunjungan ke negara itu menyusul kerusuhan yang meletus Agustus, yang memicu krisis kemanusiaan, dan menelantarkan lebih dari seperempat juta orang.

Ia telah mengunjungi sebuah klinik tempat sejumlah wanita dirawat, dan juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Kongo Joseph Kabila.

"Saya telah berbicara dengan tegas menngenai hal ini ketika saya bertemu dengan Presiden Kabila dari DRC...Delapanpuluh persen dari kekerasan seksual itu dilakukan oleh kelompok bersenjata lainnya, pemberontak," kata Ban.

"Namun saya katakan pada Presiden Kabila, `yang tidak membuat pernyataan menyesal`. Sebagai pemimpin sebuah negara, pemimpin berdaulat sebuah negara berdaulat, kapanpun kekerasan seksual mungkin terjadi, ia harus bertanggungjawab."(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009