Kuala Lumpur (ANTARA News) - Gubernur Bank Negara (Sentral) Malaysia (BNM) Zeti Akhtar Aziz menghadiri pembukaan kantor cabang Bank Muamalat Indonesia (BMI) di Kuala Lumpur sebagai bank syariah dan perbankan Indonesia yang pertama ada di Malaysia. "Saya hadir karena pembukaan cabang kantor Bank Muamalat Indonesia karena ini yang pertama kalinya bank syariah dan perbankan Indonesia membuka cabang di Malaysia," kata Zeti dalam pidato sambutan pembukaan BMI di Kuala Lumpur, Kamis. Dirut BMI A Riawan, Dubes RI untuk Malaysia Dai Bachtiar dan Dr Alwi Abdurrahman Shihab, Presidential Advisor and Special Envoy to the Middle East hadir dalam pembukaan kantor cabang BMI di Kuala Lumpur. "Dengan pembukaan kantor cabang ini, kami berharap hubungan bilateral, keuangan dan ekonomi Indonesia - Malaysia dapat semakin kuat," kata gubernur BNM itu. Dirut BMI A Riawan mengatakan, karena Malaysia mempromosikan sebagai hub perbankan Islam di regional dan mampu keluar dari krisis ekonomi tahun 1997-98 serta masih menunjukan keperkasaannya di tengah resesi ekonomi dunia saat ini maka BMI telah menetapkan Malaysia sebagai negara pertama ekspansi bisnis internasionalnya. "Dengan investasi awal sebesar 10 juta ringgit, BMI akan mencoba mengembangkan sebagai perbankan syariah Indonesia berorientasi pada investasi dan korporasi atau `corporate and invesment banking`," kata Riawan. Ia juga mengatakan, karena basisnya adalah syariah maka BMI merupakan salah satu bank yang mampu keluar dari krisis ekonomi 1997-98 tanpa perlu bantuan dari Bank Indonesia.Sementara itu, Gubernur BNM Zeti Akhtar Aziz mengemukakan, output ekonomi Asean totalnya berjumlah 1,3 triliun dolar AS sedangkan total perdagangan Asean sendiri mencapai 1,4 triliun dolar AS. "Pertumbuhan ekonomi Asean tidak hanya didorong oleh ekspor tapi belakangan ini ekonomi domestik ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Asean," katanya. "Iklim bisnis internasional saat ini telah memberikan dampak pada pertumbuan ekonomi Asean. Terjadi penurunan tajam terhadap ekspor. Agar mampu bertahan dan terus berkembang, Asean masih berpotensi memperkuat ekonomi regionalnya. Oleh sebab itu kerjasama ekonomi antar negara Asean perlu ditingkatkan," katanya. Perdagangan antar negara Asean dari tahun 1990 hanya sebesar 30 persen kini naik menjadi 40 persen pada tahun 2007. Arus investasi antar negara Asean masih 12 persen dari investasi asing langsung dengan jumlah penduduk 575 juta maka sangat berpotensi untuk meningkatkan investasi antar negara Asean sendiri, katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009