Surabaya (ANTARA News) - Produsen telepon selular (ponsel) merek Nokia tak memandang ponsel produk China sebagai ancaman serius. "Bagi kami ponsel China itu bukan merupakan ancaman. Justru kami melihatnya sebagai tantangan," kata Manajer Produksi Nokia Indonesia, Dominikus Susanto, di Surabaya, Kamis. Ia menilai wajar produsen ponsel dengan berbagai merek dari China itu melakukan penetrasi pasar karena Indonesia merupakan pasar potensial. "Sekarang kami melihat, bagaimana kebutuhan pasar ponsel di Indonesia. Itu fokus utama kami," katanya di sela-sela peluncuran produk baru ponsel Nokia itu. Selain akan menawarkan ponsel dengan harga yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, lanjut dia, pihaknya juga mengutamakan pelayanan purna jual. "Mungkin orang membeli Nokia, karena `after sales services` (layanan purna jual). Itu yang akan kami pertahankan terus," katanya. Selain maraknya ponsel produk China yang harganya semakin terjangkau, Nokia juga menghadapi tantangan dari ponsel cerdas (smartphone) "Blackberry" di pasar kelas menengah ke atas. "Sebenarnya untuk di kelas ini, kami sudah mengeluarkan produknya sejak lama, seperti tipe E-71 dan E-63, bahkan fasilitasnya lebih lengkap," kata Dominikus. Selama tahun 2008, Nokia telah meluncurkan 30 ponsel model baru di Indonesia. Sedang pada Semester I/2009 Nokia akan merilis 20 model baru baik diperuntukkan bagi kalangan pemula maupun kalangan profesional. Pada tahap pertama Semester I, Nokia telah meluncurkan tiga produk barunya berbasis GSM (Global System Mobile), yakni tipe 5130 dengan kisaran harga sekitar Rp1,5 juta per unit, 1202 (Rp400 ribu), dan 1661 (di bawah Rp1 juta). Ditambah tiga model baru berbasis CDMA (Code Digital Multiple Access), yakni tipe 2228 dengan kisaran harga sekitar Rp1,4 juta, 2608 (Rp1,2 juta), dan 8208 yang sampai sekarang harganya belum dipublikasikan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009