dari target 23 persen energi baru terbarukan (EBT) hingga 2025, saat ini sudah menyentuh 12,36 persen.

Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) mendukung para investor dari Norwegia dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

"Kami sangat terbuka untuk semua mitra Norwegia yang ingin berinvestasi atau mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia," ujar Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris dalam loka karya energi baru terbarukan 2020 di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan, dari target 23 persen energi baru terbarukan (EBT) hingga 2025, saat ini sudah menyentuh 12,36 persen.

"Kami menyadari bahwa pencapaian ini masih jauh dari target. Pemerintah Indonesia sekarang memiliki upaya untuk mencapai target 23 persen pada tahun 2025, dengan meningkatkan peran energi terbarukan dalam pembangkit listrik seperti panas bumi, hidro, biomassa, surya, dan angin," paparnya.

Baca juga: Industri startup incar postensi pengembangan energi surya

Untuk memastikan target itu dapat dicapai, Harris mengatakan, pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan pendekatan dengan menciptakan pasar baru. Salah satu contoh adalah mengembangkan klaster ekonomi-maritim di pulau kecil dengan memanfaatkan sistem pembangkit listrik hibrida yang terdiri dari energi surya dan angin dengan baterai dan biomassa.

"Dengan mengembangkan klaster ini, pembangkit listrik tenaga surya tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan listrik ke rumah tangga, tetapi juga untuk meningkatkan bisnis lokal seperti industri perikanan dengan membangun cold storage," katanya.

Ia menambahkan upaya lain juga dilakukan untuk pengembangan tenaga air. Pengembangan proyek energi hidro akan disinergikan dengan pengembangan industri strategis seperti industri mineral termasuk industri peleburan serta industri terkait hilir.

Dalam kesempatan itu, Harris juga menyampaikan pemerintah telah merencanakan target investasi energi terbarukan sekitar 17,8 miliar dolar AS dari tahun 2020 hingga 2024, dengan total kapasitas terpasang yang direncanakan adalah 9.050,3 MW.

"Kita dapat belajar dari Norwegia, yang telah berhasil menerapkan energi terbarukan terutama tenaga air dengan pangsa lebih dari 90 persen dari permintaan listrik nasional. Kami sangat terbuka untuk semua mitra Norwegia yang ingin berinvestasi atau mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia," katanya.

Dalam kesempatan itu, dilakukan juga penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Scatec Solar AS dengan PT Arya Watala Capital dan PT Flores Prosperindo untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid 70MW di Labuan Bajo.

Managing Director PT Arya Watala Capital, Mada Ayu Habsari mengatakan pihaknya berperan sebagai pengembang dalam proyek PLTS itu.

"Jadi di proyek ini kita sebagai developernya, karena kebetulan PT Flores Prosperindo sebagai pemilik lokasi, minta kita untuk melistriki wilayah. Kebetulan ini proyek untuk KEK pariwisata. Khusus KEK yang 10 destinasi new Bali," paparnya.

Baca juga: Pengembangan EBT dinilai sulit, Denmark sampaikan pendapat berbeda

Ia mengemukakan, sedianya pembangunan PLTS itu dilakukan di Tanah Naga dan Tanah Mori Kecamatan Komodo, Manggarai Barat. Untuk tahap awal, akan dibangun PLTS di Tanah Mori.

"Tanah Mori duluan, karena untuk lokasi kegiatan internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 dan ASEAN Summit pada 2023," katanya.

Pembangunan PLTS, lanjut dia, ditargetkan selesai selama 1,5 tahun. Rencananya, pembangunan dimulai pada akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020