Cirebon (ANTARA News) - Krisis global  merupakan momentum untuk melakukan reorientasi strategi politik dan ekonomi dengan mengendepankan agenda kerja yang lebih mandiri, kata Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Ada banyak alasan mengapa kita harus memupuk optimisme yang kuat bahwa Indonesia mampu keluar dari krisis ekonomi global," katanya saat menjadi pembicara kunci dalam seminar "Way Out From Crisis," di Cirebon, Kamis.

Menurut dia, pertama, Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya baik di darat dan di laut yang seharusnya menjadi modal untuk berdiri tegak dihadapan negera lain.

Kedua, Indonesia harus segera melakukan reorietasi pembangunan karena selama ini terlena dengan keinginan membangun industri canggih yang sesungguhnya bukan menjadi kekuatan bangsa.

"Kekuatan Indonesia terletak pada tanah dan lautnya," katanya.

Menurut dia, menggadaikan kekayaan alam kepada para investor asing bukan menjadi makmur, tetapi malah menjadi terpuruk.

Ia mengajak, untuk melihat negara tetangga Thailand. Negera itu, hanya mengandalkan produk pertanian mampu mengelak dari krisis ekonomi.

"Ini merupakan pilihan tepat bagi negera yang penduduknya secara tradisional adalah agraris sebagaimana Indonesia." katanya.

Ia juga mengajak melihat Malaysia yang mengembangkan indurstri berbasis pertanian.

Karena itu, industri di Indonesia harus berbasis pada kekuatan alam, yaitu indusri maritim, pertanian dan pertambangan.

Alasan ketiga, pilihan reorientasi kebijakan pembangan harus diarahkan pada pendidikan.

"Kita seringkali dicekoki dengan jargon pendidikan berbasis kompetensi, namun apa yang akan dikembangkan, bagaimana strategi pencapaiannya, tidak pernah terpetakan dengan baik," katanya.

Sistem pedidikan di Indonesia masih tetap berbasiskan pada pendidikan untuk mencetak para pencari kerja. "Bukan pada pendidikan berbasis mencetak para pencipta kerja," katanya menambahkan.

Keempat, rakyat Indonesia juga harus dibekali kemampuan memasarkan produk. Ia mencontohkan negera Singapura dimana anak negerinya menguasai jasa pemasaran yang menempatkan negeri itu sejajar dengan negera kaya si Asia, katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009