Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Perminyakan Kurtubi mengatakan pada 2009 harga minyak tetap berada di kisaran 40 dolar AS per barel sehingga tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak menurunkan harga premium menjadi Rp4.000 per liter.
"Harga minyak pada 2009 tetap berada di level 40 dolar AS, sebab resesi dunia diperkirakan semakin dalam, sehingga perlambatan ekonomi dunia tidak akan menggerakkan permintaan minyak yang tajam yang dapat mengerek harga minyak ke atas," katanya di sela-sela acara peluncuran buku Effendi Siradjudin di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, stimulus yang digulirkan Obama hingga sat ini belum ada tanda-tanda positif bagi perekonomian AS yang akan berpengaruh kepada perekonomian dunia.
"Belum ada sinyal, dan saya kira bila nanti diimplementasikan, pengaruhnya baru akan terasa pada 2010," katanya.
Untuk itu, menurut dia, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak menurunkan harga premium menjadi Rp4.000 per liter. Harga Rp4.000 tersebut tanpa subsidi dari pemerintah, dengan nilai tukar sekitar Rp11.000-12.000 per dolar AS.
Ia menambahkan, dengan penurunan harga premium tersebut maka akan mendorong daya beli masyarakat. "Ini berarti akan mendukung perekonomian nasional dengan meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong permintaan domestik," katanya. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009